Minggu, 12 Juni 2016

Menjadi Guru





Baru saja saya sampai di rumah setelah mengantar si boy dari les berenang dia. "Boy kamu hebat lho tadi" puji saya ke dia karena dia sudah menemukan ritme untuk gaya kupu-kupu yang selama ini menjadi hambatan buat dia. "Soalnya gurunya tadi mengajarinya ok" dia menjawab. "I know i know because gurunya memang yang daddy suka karena bagus mengajarnya" dia masih melanjutkan sebelum saya memberi komen.


Yup...guru renangnya dia yang biasanya mengajar dia hari ini sedang sakit, jadi ada guru penggantinya. Guru penggantinya ini sebelumnya pernah mengajari si boy selama sebulan penuh di kelas si boy sebelumnya karena menggantikan guru dia saat itu yang sedang berlibur. Dari pengalaman dulu inilah saya bisa tahu cara dan metode mengajar Pia (guru si boy hari ini) yang memang sesuai dengan apa yang saya mau.

"Belajar apa hari ini??" merupakan pertanyaan yang tidak pernah terlewatkan setiap harinya yang saya dan mami ajukan kepada cici dan boy setiap pulang sekolah. Tujuannya yah tentu ingin tahu perkembangan dari mereka sekaligus mengetahui bagaimana cara guru mereka mengajar.

Tentu saja setiap guru mempunyai metode dan cara didik yang berbeda satu sama lainnya. Waktu dulu masih jadi murid, sempat mengalami yang namanya di hajar pakai penggaris saat pelajaran elektro kalau tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru itu. Atau juga saat waktu kelas 5, sering di cubit sama pak guru karena rajin kelupaan buat PR matematika. HHhmmm pengalaman yang tak terlupakan dan ada bahan jadi pembelajaran buat cici dan boy. Tapi tentu saja mereka tidak setuju dengan cara tersebut...dan saya pun mengamini hal ini.

Ada juga guru yang sistemnya CBSA (Catet Buku Sampai Abis) atau mengajarnya yang bikin murid pada mengantuk. Semua itu pasti ada keunikan dan tantangnya sendiri-sendiri. Tetapi berdasarkan pengalaman dalam mendidik cici dan boy, saat beperan sebagai guru buat mereka, saya harus bisa mencari jalan yang membuat mereka tertarik, tertantang dan termotivasi untuk belajar dan melakukan yang terbaik.

"Ingat gak guru kamu bilang banyak belajar gunakan tangan kirinya" saya mengingatkan si boy sehabis pulang latihan basket. "Slow down dan jangan panik mainnya" hasil observasi dan opini yang saya berikan buat cici saat setelah bertanding netball dia. "Ayo praktek gitarnya kek, keyboardnya kek, menulis atau mathnya...jangan cuma main game terus" kalimat yang sering saya ocehkan kepada cici dan boy. Yup...saya dan mamilah guru cici dan boy saat mereka di rumah. Kita mencari tahu apa yang mereka pelajari, bagaimana cara guru mereka mengajar, bagaimana kita mengimprovisasi dengan metode dan cara kita sendiri sehingga mereka bisa mendapat hasil yang lebih baik. 

Bagaimana kita bisa menilai guru yang mengajar buah hati kita?? Tentu saja dari cerita-cerita yang cici dan boy bicarakan kepada kamilah kami bisa mengenal atau mengetahui pola didik mereka. Dan tentu saja melalui hasil dari apa yang sudah di tunjukan oleh cici dan boy kepada kami. Tapi yang paling mudah yaitu saat mengawasi atau observasi langsung saat mereka berlatih. 

Mau sebagaimana bagusnya guru anak-anak kita mengajar dan membimbing, semuanya akan sia-sia bila kita, orang tuanya sendiri tidak mau andil dan peduli untuk hal ini.

Orang tua seharusnya guru pertama buat anak-anaknya sedangkan guru adalah partner dalam hal ini, bukan sebaliknya. Mencari paertner yang baik dalam membimbing dan mendidik buah hati kita tentu bukan perkara yang mudah...apalagi menjadi orang tua yang bisa memberi contoh riil bagaimana bisa menjadi baik, pintar, bijak dan sukses, iya nggak??

Salah satu cara untuk bisa menjadi guru, orang tua atau orangtua sekaligus guru yang baik yaitu KEEP LEARNING (TERUS BELAJAR).

Senin, 06 Juni 2016

Membaca Email

Email saat ini sudah tentu  menjadi salah satu sarana komunikasi yang amat penting dan bermanfaat buat kita semua. Tetapi apa betul demikian?? Kalau betul, apa email juga bermanfaat buat anak-anak kita?? Hhhmmm jadi membuat kita berpikir kan jadinya....

Secara tidak langsung sebenarnya email juga bermanfaat buat anak-anak, seperti yang seumuran si boy sekalipun, yang saat ini berusia 9 tahun.

"Boy nih baca email ini" kata saya si boy setelah membaca sebuah email dari pengurus klub basketball di mana si boy ikut terdaftar. Sebagai salah satu pemain yang terpilih untuk ikut berlomba untuk anak-anak berusia dibawah 11 tahun ini, yang mewakili klub unk bertanding untuk kompetisi antar klub di Auckland, tentu saja setiap Minggu kita menunggu kabar mengenai kompetisi ini. Baik mengenai biaya, dimana akan di langsungkan pertandingan buat Minggu ini, atau apa saaj yang berhbungan dengan ini.

"Apa yang kamu mengerti dari email ini??" tanya saya kepada si boy setelah dia selesai membacanya. "Kita harus membeli 2 jenis makanan buat di taruh di hamper, harus beli mouth guard dan bawa surat lahir" dia menjawab pertanyaan saya tadi. Yup, apa yang dia jawab memang benar karena itulah point-point pentingnya dari email tersebut. Kompetisi kecil ini sebenarnya akan baru di mulai hari Sabtu besok, jadi email kali ini membahas mengenai apa saja yang harus di persiapkan dalam training Kamis ini dan juga saat laga di Sabtu nanti.

"Kenapa harus membawa birth certificate daddy?? kali ini dia yang bertanya. "Untuk apa kita harus membawa makanan untuk di taruh di hamper??" pertanyaan dia lainnya. Tentu saja yang namanya komunikasi yang baik bukan hanya satu arah, melainkan yang adanya saling pengertian satu sama lainnya. Jadi sudah wajar dan sepantasnyalah si boy mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kira-kira dia kurang mengerti...baik dari pengertian dari kata itu sendiri maupun maksud dari isi email tersebut.

Dengan memberitahukan isi dari email memang penting buat si boy tetapi dengan membaca dan mengerti sebuah pesan dari email akan membuat dia merasa lebih memahami dan jelas apa saja yang harus dia lakukan untuk mempersiapkan semua kebutuhan dia ini, dan tidak hanya bergantung kepada daddynya saja yang harus tahu dan mempersiapkan semuanya. Inilah sebabnya saya bisa memberikan tanggung jawab ini setelah dia membaca email tersebut.

Membimbing dan mendidik anak bisa melalui banyak media atau cara, termasuk dengan hal-hal kecil seperti memabca email saja bukan?? 


Minggu, 22 Mei 2016

Belajar Melipat Payung

"Daddy payungnya si David sudah kering nih" kata si boy saat melihat payung si cemen (anak homestay kita yang biasa kita panggil cemen ini) yang masih ada di luar sejak semalam. "Ya sudah kamu lipat dong" saya menyarankan ke si boy. "Bagaimana caranya??" dia kembali bertanya kepada saya. "Yah kamu lihat dan coba dong" saran saya berikutnya. "Observe dong" kata saya lagi.

Di putar dan bolak balik itu payung lipat si cemen untuk mencari tahu cara untuk melipatnya. Akhirnya ketemu juga tombol yang bisa di tekan untuk melipatnya...dan terlipatlah itu payung jadinya. Sekarang dia mencari tahu bagaimana bisa untuk mengikat itu payung sehingga menjadi ringkas. Dia menemukan pita yang ada velcro untuk pengikatnya dan mencoba untuk mengikatkannya.

"Koq pitanya tidak sampai yah??" dia kebingungan utuk bisa menyatukan velcro yang berada di payung tersebut. "Mungkin kamu tidak benar menarik itu talinya" kata saya ke dia. "Coba kamu tarik agak kencang dan baru diputar....kayak begini" saya memberi arahan dan contoh yang bisa di lihat sama dia secara langsung.

"Nah kamu bisa tidak memendekan gagang untuk pegangan payungnya ini??" tantang saya ke dia. Dia men coba cari tombol yang bisa di tekan untuk memendekan itu pegangan payungnya dan ternyata dia tidak mendapatkannya. "Coba kamu push saja gagangnya itu" saran saya ke dia sekali lagi. "Ohhh begini" dia senang bisa tahu caranya untuk ini.

"Some of mechanism dari mesin hanya perlu di dorong saja, tapi ada juga yang harus di tekan tombolnya, atau di putar atau lain-lainnya" saya menjelaskan beberapa cara kerja mesin secara simple dan mudah di ingat untuk boy yang 9 tahun ini. "Untung saja daddynya bukan tukang insinyur....kalau nggak bakal di jelasin panjang lebar kali nih si boy" pikir saya dalanm hati

"Sekarang, apa yang kamu sudah pelajari dari sini??" pertanyaan yang selalu saya tanya setiap sehabis menjelaskan sesuatu.

"Be smart, Observe, Do not give up" dia menjawab sembari menjelaskan satu per satu dari jawaban dia ini. Yah karena memang itulah yang selalu saya tanyakan ke dia akan jawaban dari yang dia berikan. "Well done boy, i am proud of you" puji saya ke dia. "Kalau daddy tambahin satu lagi yah, yaitu kamu do the best first before asking for help from others" saya menambahkan bimbingan tambahan buat jagoan kecil saya ini.

Membimbing dan Mengajari anak memang perlu seni tersendiri. Itulah yang membuat saya suka dari berkomunikasi dan berinteraksi dengan cici dan boy. Dari hal-hal sepele seperti bagaimana melipat payungpun kalau kita mau bisa kita jadikan alat pembelajaran dan bimbingan untuk buah hati kita. Selamat menikmati seninya menjadi orang tua...selagi kita masih bisa.


Minggu, 08 Mei 2016

Bisa Mijat

"Mau di pijitin??" pertanyaan yang hampir tiap Jum'at sampai Senin saya tanyakan ke mami. Kenapa cuma di hari-hari itu saja?? Lah iyalah, kan mami kerjanya dari Jum'at sampai Senin jadi yang paling capek yah cuma hari itu saja. Kalau hari Selasa sampai Kamis, dia kan capeknya karena kebanyakan belanja jadi dia yang harus mijitin saya dan dompet saya hahahaha.

Dari dulu sampai sekarang saya memang suka di pijat. Makanya kalau ada kesempatan selalu minta di pijatin sama mami, cici atau si boy. Tapi saya juga sering mjitin buat mereka. Apalagi saat mereka capek karena aktivitas mereka seperti sehabis ballet si cici atau basketballnya si boy. Kadang-kadang kalau mereka saking pegal kaki atau badannya, saat mereka tidur malam...mereka bisa bangun dan minta di pijitin sama daddynya.

Mijit banyak sekali manfaatnya lho. Salah satunya untuk kenikmatan karena bisa meluruskan otot-otot yang tegang atau badan yang pegal-pegal dan juga bisa untuk kesehatan karena (katanya) bisa melancarkan peredaran darah maupun untuk penyembuhan. Contohnya untuk soal penyembuhan, saat dulu kaki saya sehabis di operasi, di sarankan untuk di pijit daerah yang bekas di operasinya. Atau kalau kita membaca soal buku reflexology, bagian telapak kaki maupun tangan kita ternyata banyak saraf-saraf yang terhubungi dengan bagian-bagian lainnya dari tubuh. Sehingga saat kita pusing atau sakit kepala, kita bisa mempelajari bagian dari kaki atau tangan kita untuk di pijat yang bisa membantu untuk penyembuhannya

Namun ada satu hal lainnya yang mungkin tidak kita sadari dari manfaat memijat atau di pijat dari orang-orang yang kita sayangi, yaitu menyalurkan rasa sayang dan perhatian kita kepada orang yang kita pijat ataupun memijat kita. Karena dengan memijat kita bersentuhan dengan orang yang kita cintai. Dan semakin sering kita sering bersentuhan dengan mereka maka otomatis mereka akan merasakan perhatian dan sayang dari kita itu.       

Bagaimana kita bisa belajar mengenai memijat ini?? Buat saya sendiri, saya pernah membaca buku mengenai reflexology. Selain itu saya belajar dari mengamati saat si mami lagi ke physioteraphy atau merasakan saat saya lagi dipijitin di physio juga. Berhubung saya bukan tukang pijit profesional, saya hanya bisa menyarankan untuk membaca  dari berbagai sumber yang dapat dipercaya untuk hal ini.

Rasanya kita tidak perlu sampai ahli atau mahir untuk bisa jadi tukang pijat, tapi paling tidak kita bisa tahu untuk memijat saat anak kita keseleo atau pasangan kita salah bantal, badan pegal-pegal dan sebagainya. Apalagi seperti kita yang tidak mudah mendapat tukang pijat seperti di Indonesia, mengetahui hal-hal seperti ini sangat bermanfaat pastinya.  

Jadi kalau sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk memijat orang yang kita sayangi, tidak ada salahnya mulai sekarang boleh menambah pelajaran baru soal memijat dan mempraktekannya kepada orang yang kita cintai kan.... Apalagi pijat plus plus yang bisa semakin membahagiakan pasangan kita, asal jangan belajar dan prakteknya dari atau kepada orang lain saja ok!! :) :)

Sabtu, 07 Mei 2016

Disebelin Anak





Ayo...siapa yang pernah di sebelin sama anak anaknya?? Jujur saya sih pasti angkat tangan karena memang merasa pernah bahkan sering di sebelin sama cici dan boy. Justru karena sering atau bisa di bilang setiap minggu di sebelin sama mereka justru membuat saya bangga. LHO??


"Daddy besok cuma anterin saya saja yah main netball'nya, terus daddy pulang saja" kata si cici semalam saat dia meminta saya mengantar dia ke pertandingan netball dia untuk ke esokan harinya. "Memangnya kenapa ci??" saya balik bertanya. "Nggak apa-apa. Mending daddy pulang saja" dia menjawab. "Bener nih alasannya begitu??" saya balik bertanya. "Daddy stay saja deh kalau gitu" saya malah bilang untuk tetap di sana melihat pertandingan dia ini. "Tapi daddy jangan komen apa-apa yah setelah gamenya" dia memberi tahu. "Lah kenapa daddy nggak boleh komen??" saya balik bertanya. "Kamu tahu kan daddy kamu, selalu mau mengamati dan memberi penilaian terhadap apa yang kamu lakukan biar kamu bisa belajar dan menjadi lebih baik" saya melanjutkan. "Tapi saya kan baru main ini netball jadi pasti tidak bagus" kata cici. "Justru karena kamu belum bagus daddy kasih input biar kamu bisa semakin bagus" saya menerangkan. "Yah sudah terserah daddy saja deh maunya gimana" dia sudah capek melarang daddynya. "Lah kamu seharusnya bersyukur lho. Banyak anak anak lain yang mengharapkan bisa di temani oleh daddy atau maminya saat mereka beraktivitas, tapi mereka hanya bisa berharap saja. Sedang kamu...daddy sediakan waktu untuk bisa menemani kamu, mensuport dan memberi opinion dari observasi daddy...lah malah kamu tidak senang" kata saya. "Kalau daddy kasih input atau arahan biar kamu bisa lebih bagus artinya kan daddy sayang dan care sama kamu lho" lanjut saya lagi.

"Boy sebelum kamu passing ball'nya kamu stop and think dulu, biar kamu bisa pass the ball'nya properly dan nggak waste ball'nya" saya memberi saran saat menemani dia latihan basket hari Kamis. "I know..I know daddy" dia menjawab arahan saya dengan nada kurang suka. "Terus kamu juga spread out and try to find the good position biar teman kamu bisa pass the ball ke kamu" saran saya lainnya. "I know that daddy tapi kan kadang susah untuk itu" dia menjawab lagi. "Boy, daddy kan cuma kasih saran dan arahan buat kamu. Karena daddy lihat kamu kurang untuk itu. Jadi kamu jangan sewot gitu dong" saya mengingatkan behaviour dia ini. "Ini kan salah satu dari tanggung jawab daddy untuk bisa membimbing dan mengajari kamu untuk bisa lebih baik" lanjut saya lagi.

Yup, ke dua contoh di atas adalah contoh-contoh kecil yang sering membuat cici dan boy kesal atau jengkel kepada saya. Yah tentu saja mereka jengkel karena daddynya sering tidak bisa menahan untuk bisa memberi komen hasil dari pengamatan selama mengikuti aktivitas mereka. Bukan...bukan berarti saya menaruh high expectation kepada mereka...karena sebelum mereka bertanding atau berlatih saya malah menyuruh mereka untuk have fun dan enjoy dalam latihan ataupun pertandingan mereka itu. Tapi tentu saja mereka harus mau dan terus belajar dari apa yang mereka lakukan, dan inilah yang saya harapkan sesungguhnya dari mereka.

"Bagaimana tadi saya mainnya daddy??" malah si cici bertanya pendapat saya mengenai dia dalam game'nya tadi. "Aku good kan tadi main gitarnya??" pertanyaan serupa dari si boy sehabis pulang les gitar di hari yang sama ini.

Suka tidak suka, senang tidak senang...biarpun sering di sebelin sama mereka, toh kitalah orang tuanya yang bisa memberi pujian, ocehan, kritikan, bimbingan maupun pembelajaran kepada mereka secara tulus dan untuk kebaikan mereka pastinya. Jadi tidak salah dong kalau saya katakan saya bangga sering di sebelin sama cici dan boy??


Sabtu, 30 April 2016

Hasil dari Kerjasama

"Ma...cucian piring dan baju sudah beres"  Itulah salah satu dari 10 kalimat yang bisa membahagiakan istri, menurut salah satu link yang saya lihat dari facebook hari ini. Seriously?? Dengan laporan begini saja membuat istri bahagia??

Hhhmmm memang sih kebahagian setiap orang berbeda satu sama lainnya. Ada istri yang bahagia setelah mendengar laporan dari suami seperti contoh di atas tapi ada juga yang tidak suka karenanya. Kenapa?? Lah iyalah, masa setiap kali musti di suruh dulu tuh suami baru mau membantu cuci piring sama baju istrinya...bisa jadi beginikan??

"Dah luh tidur saja sana...biar gue yang ngurusin si cici" kata saya ke si mami Senin malam kemaren saat si cici sakit kepala dan muntah-muntah. Mungkin karena lagi perubahan musim dari musim gugur ke musim dingin sehingga banyak orang yang pada sakit, yang menyebabkan si cici juga terkena virus. Di tambah dia tidak mau makan sehingga membuat dia terkena dehidrasi pula dan fisiknya menjadi lemah sekali. Jadi terpaksa semalaman harus menikmati begadang untuk mijitin dan memangku si cici, selain harus naik turun tangga untuk bikin dan ambilin minum dia maupun keluar masuk rumah untuk mengeluarkan semua sampah bekas kotoran yang dia keluarkan.

"Sana elo tidur...gue yang jagain cici sekarang" kata si mami ke saya di pagi harinya setelah dia merasa sudah beres kerjaan rumahnya dan si cici sudah bisa lebih istriahat pula. Tentu saja tidak menyianyiakan kesempatan untuk menebus begadang semalaman sebelumnya, langsung naik ke atas untuk tidur.

Kerja sama. Inilah salah satu yang saya rasa sangat di butuhkan dalam kehidupan berumah tangga.
Semua istri akan beranggapan tugas istri di rumah itu sibuk sekali dan sangat melelahkan. Semua suami pun juga beranggapan sama, bahkan merasa lebih berharga karena merekalah yang menghasilkan income buat keluarga. Apa betul pendapat semuanya?? Tentu benarlah, semua pekerjaan pasti capek dan makan waktu. Walaupun hanya kerja mengurus rumah, itu juga melelahkan dan makan waktu lho. Kalau suami belum tahu, coba suruh mereka lakukan itu seminggu saja. Begitupun istri yang suka komen kalau enakan kerja di luar rumah karena lebih bisa bersosialisasi dan bervariasi menghadapi hal hal lain di luar rumah, yang hanya kerjaan rumah dan mengurus anak saja.

Untungnya, baik saya dan mami bisa merasakan dari kedua sisi ini, baik kerja di rumah dan mengurus anak maupun kerja di luar rumah dan menghasilkan income. Saya bisa belajar capek dan makan waktunya untuk memasak karena harus mempersiapkan semuanya dulu sebelum memasak makanannya sampai tahap membereskan semua hasil perang di dapur ini. Saya juga tahu rasanya memberesi rumah, dari nyuci toilet, vakum rumah selain cuci piring dan baju tentunya. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan cici dan boy bukanlah hal yang aneh buat saya pula, jadi tidak salah kalau merekapun dekat dengan saya. Bahkan di saat mereka sakit di malam hari...sayalah yang mereka cari, baik untuk menemani maupu mijitin mereka.

Laporan suami yang sudah selesai mencuci piring dan baju di atas membuat saya berpikir, itu istrinya atau bosnya sih?? Masa hal begini saja pakai laporan segala?? Atau karena suaminya tidak pernah membantu istrinya di rumah sehingga membuat istrinya menjadi bahagia?? Jujur kalau buat saya sih laporan macam begini membuat saya ketawa dengan sinis atau bahkan sedih...karena artinya tidak ada kerja sama dalam rumah tangga mereka.

Di tempat kerja saja kita bisa bekerja sama dengan orang lain masa dengan pasangan hidup sendiri malah tidak bisa atau tidak mau?? Bekerja untuk bos atau perusahaan memang menghasilkan uang, tapi bekerja sama denga keluarga di rumah menghasilkan kebahagiaan. Inilah yang saya rasakan karena bisa bekerja sama bukan hanya dengan mami saja tapi juga dengan cici dan boy di rumah.

"Gue senang deh bisa bekerja sama dengan elo hari ini" kata saya ke si mami di Selasa malam, karena sudah seharian kita berdua capek mengurusi si cici dan dia juga sudah membaik karena sudah di suntik dan kasih obat sama dokter.



Jumat, 22 April 2016

Kenapa Daddy Menulis dan Berbagi

Minggu lalu si cici sedikit protes dan bertanya kenapa saya menyebarkan hasil pembicaraan saya dengan dia di hari sebelumnya. Yup karena malam itu saya berbicara dengan dia mengenai beberapa hal seperti soal cowok sampai ke soal LGBT. Untuk lebih jelasnya pembicaraan kami di malam itu bisa di lihat di tulisan sebelumnya, Siapa yang Kamu Suka??

"Kenapa daddy menyebarkan pembicaraan kita??" tanya si cici sedikit protes. Kami memang selalu menantang mereka untuk kritis dan mau bertanya setiap ada yang mengganggu pikiran dan hati mereka, termasuk kepada kami orang tuanya. "Memangnya kenapa ci??" saya balik bertanya ke dia. "Itukan privasi dan bukan untuk umum" dia memberi alasan untuk pertanyaannya tadi. "Hal atau bagian yang mana yang menurut kamu privasi dan daddy sebarkan ke umum??" tanya saya lebih jauh. Kali ini dia terdiam.

"Menurut daddy, pembicaraan kita semalam tidak ada yang privasi" saya mulai menjelaskan. "Kamu memberikan opini kamu dan daddy merangkumnya. Daddy juga suka menuliskan opini-opini daddy untuk umum" lanjut saya lagi.

"Daddy kasih tahu kamu yah ci, kamu sama boy itu beruntung karena daddy sama mami terus dan selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan kamu dan boy" kata saya. "Tidak banyak anak-anak yang mendapat perlakuan serupa dari orang tua mereka, mungkin orang tua mereka sibuk, tidak ada waktu atau juga pikrian para bapak kalau tugas urusan anak adalah tanggung jawab ibunya" kata saya lagi. "Nah daddy cuma share pengalaman dan kebahagiaan yang daddy rasakan dari bisa bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang terdekat daddy ini" lanjut saya. "Kalau tulisan daddy ada yang tidak sesuai dengan pemikiran orang lain, yah tidak masalah. Syukur-syukur orang itu mau memberi input dan daddy bisa belajar dari opini dia itu. Tapi kalau tulisan daddy bisa bermanfaat dan memberi inspirasi buat yang membaca...artinya daddy menggunakan talenta daddy sebaik mungkin" saya masih berkotbah.

"Kamu ingat daddy sama mami selalu bilang gunakan semua talenta kamu untuk diri kamu, sesama dan Tuhan??" tanya saya ke dia. Tentu saja dia bilang iya karena kita sering mengatakan hal ini kepada mereka berdua. "Nah mungkin talenta daddy adalah bisa berkomunikasi dengan kamu dan keluarga dan menuliskannya untuk memberi isnpirasi atau bisa bermanfaat buat yang membaca" kata saya. "Daddy juga memberi contoh langsung kan kalau daddy juga masih belajar dan mau menulis, bukan hanya menyuruh kamu saja yang menulis. Karena dengan menulis opini dan pemikiran kamu, sedikit banyak kamu belajar untuk mengenal diri kamu sendiri" lanjut saya.

"Satu hal lagi kenapa daddy menuliskan semuanya ini karena suatu saat tulisan-tulisan daddy bisa menjadi seperti treasure dan memori buat kamu yang bisa kamu gunakan untuk membimbing dan mendidik anak-anak kamu nantinya" kata saya yang masih belum capek ngoceh.

Mendidik anak tentu bukan hanya dengan ceramah dan teori saja, karena yang terpenting adalah mereka bisa melihat dan merasakan apa yang orang tuanya lakukan dari semua ceramah dan teori yang orang tua  mereka sampaikan. Inilah yang membentuk opini saya: Untuk bisa mendapat anak yang baik, pintar, bijak dan sukses...yah orang tuanya dululah yang harus bisa baik, pintar, bijak dan sukses.

Syukurlah setelah mendapat penjelasan daddynya si cici mau mengerti dan semoga semakin tertantang untuk bisa menggunakan talenta yang dia miliki untuk kebaikan diri sendiri, sesama dan Tuhan.