Sabtu, 10 Oktober 2015

Cari Pacar yang punya BELIEF

Ini tulisan sebenarnya tulisan sekitar 1.5 tahun yang lalu, tapi selalu saya jadikan bahan untuk mengingatkan cici dan boy bagaimana untuk bisa menjadi sahabat atau pacar yang baik, sekaligus bahan dalam mencari pacar atau sahabat yang baik pula buat mereka.
 
 
Ketika kita sedang menikmati makanan di salah satu fast food resto favoritenya si boy, terdengar lagu "I don't want miss a thing"nya Aerosmith. "Kamu tahu gak guys kalau lagu ini mengingatkan daddy waktu pergi merantau ke sini dan meninggalkan mami dulu lho" saya membuka topik permbicaraan dengan mereka.

Selanjutnya, yah seperti biasa, cici dan boy silih berganti bertanya banyak macam pertanyaan dan saya menjawab atau juga memberi bimbingan dan didikan buat mereka. Dan tidak heran kalau pertanyaan mereka banyak yang kritis dan membuat saya harus berpikir dulu sebelum menjawabnya, karena harus di sesuaikan dengan pola pikir dan pola hati mereka yang masih berusia 7 dan 12 tahun ini.

"Menurut kamu apa yang bisa membuat kamu menetapkan dia untuk menjadi pacar kamu??" saya membalikan salah satu pertanyaan mereka sebelumnya. "Sebelum kamu jawab ini, apa sih syarat untuk bsia menjadi best friend untuk kamu??" saya memberi arahan untuk mereka. Tentu saja mereka menjawab silih berganti. "Yup...semuanya benar, tapi daddy rangkum biar kamu bisa ingat dan jadi lebih mudah yah" saya memberi masukan buat mereka

"Remember BELIEF. Ini syarat untuk menjadikan seseorang untuk jadi best friend/pacar kamu, sekaligus membentuk diri kamu menjadi best friend/pacar yang baik untuk orang lain" saya memberi arahan dan masukan untuk mereka lagi.

Believe
Believe artinya sama dengan trust kan, jadi kamu harus bisa mempercayai atau di percaya sepenuhnya sama dia untuk bisa menjadi best friend atau juga pacarnya. Saya memulai menjelaskan B dari kata BELIEF ini kepada mereka.





Encourage
Encourage di perlukan untuk bisa saling memotivasi satu sama lainnya untuk bisa lebih baik, atau lebih maju kalian berdua.

 






Love
Tentu saja untuk mempunyai suatu hubungan yang baik harus ada love diantara kalian kan.

 



Inspire
"Kalau kamu tidak bisa belajar sesuatu yang baik dari best friend atau pacar kamu, artinya kamu bersama orang yang salah" saya menjelaskan arti inspire ini kepada mereka

 



Empathy
 
Saling berbagi dan ikut merasakan apa yang sedang di alami oleh best friend/pacar kamu maupun diri kamu, berarti dia dan kamu ada empathy satu sama lainnya.

 



Fight
Fight for you and fight with you. Jangan salah artikan fight ini dengan arti berkelahi, tapi dalam pengertian berjuang. Orang yang mau berjuang/berusaha untuk dan bersama kamu adalah orang yang pantas di jadikan best friend maupun pacar kamu.



" So it's easy to remember kan bagaimana mencari pacar atau teman idaman" kata saya kepada mereka. "Yang susah adalah menjadi pacar atau best friend idaman buat orang lain, tapi bukan berarti tidak bisa ...soalnya I know my girl and my boy, yang sudah menjadi anak-anak kebanggan mami and daddy"  saya memotivasi dan memuji cici dan boy kami ini.

Gagal tapi Sukses

Minggu lalu saya memberikan cerita tentang seorang gadis dari keluarga yang kaya raya, yang menolak cinta dari seorang pria yang berasal dari keluarga yang kurang mampu atau miskin. Karena perbedaan jejang sosial ekonomi dari mereka inilah yang membuat si gadis menolak cinta si pria yang amat sangat jatuh hati kepadanya.

"Apa yang kamu pelajari dari cerita ini guys??" pertanyaan yang selalu saya tanyakan kepada cici dan boy setiap kali saya habis bercerita kepada mereka.

"Don't give up" jawab si boy cepat. "Kenapa don't give up boy??" tanya saya akan jawaban dia tadi. "Biar kita miskin tapi kalau kita mau terus berusaha pasti akan berhasil" jawab dia. Yup, dia berkata demikian karena dalam cerita saya tadi akhirnya si pria ini malah menjadi lebih sukses dalam hal finansial di banding si gadis tadi, yang suaminya malah bekerja di tempat si pria yang di tolaknya dulu.

"Kita tidak boleh sombong" kali ini cici yang bersuara. "Memangnya sombongnya kenapa ci??" tanya saya ke dia. "Biarpun kita kaya kita tidak boleh menganggap remeh orang lain" dia memberi alasan. Dia masih melanjutkan dari perbincangan kita sebelumnya, namun dari sisi yang berbeda.

"Well done guys. Kamu berdua benar soal itu" saya memuji mereka. "Ayo apalagi yang bisa kamu pelajari?" saya masih menantang mereka untuk mengobserve lagi dari cerita tadi. Mereka berdua terdiam untuk berpikir.

"Menurut kamu apa si gadis itu wajar menolak si pria tadi??" saya menantang pola pikir mereka dari sisi yang lain. "Ya" si cici menjawab. "Soalnya kan semua orang mau happy dengan hidup yang berkecukupan" dia memberi opini. "Tapi cara dia menolaknya itu yang tidak baik karena merendahkan si prianya" dia masih melanjutkan. "Good answer cici" puji saya ke dia. "Semua orang tentu mau hidup senang kan yah, salah satunya yah dengan ada uang untuk menyenangkannya. Apalagi dia dari keluarga kaya, tentu saja sudah terbiasa hidup berkecukupan" kata saya. "Tapi bukan berarti kalau sekarang miskin tidak akan bisa lebih baik finansialnya kemudian hari, iya nggak??" lanjut saya lagi.

"Nah makanya kita harus terus berusaha biar bisa berhasil, baik berhasil dalam karir, dalam membina hubungan, dan mencapai kebahagiaan serta kesejahteraan untuk kita" saya mulai memberi input buat mereka. Saya me'refer kepada si pria dalam cerita ini, yang sukses dalam hal karir tapi putus asa sehingga gagal dalam membina hubungan asmara dengan gadis lainnya hanya karena pernah di tolak mentah-mentah cinta pertamanya.

"Untung dulu daddy nggak give up and takut sama galaknya mami kamu, kalau nggak maka tidak akan ada yang
namanya cici dan boy kan" saya membandingkan ke diri saya sendiri. "Selain itu karena daddy juga tahu, mami kamu itu the best for me" kata saya sekalian sekali-kali muji si mami.

"Daddy tahu mami kamu yang terbaik karena dia punya BELIEF dan juga dia CATHOLIC" kata saya mengingatkan kepada mereka tentang perbincangan kita kalau mencari pacar harus yang punya BELIEF dan kalau cari suami/istri harus yang CATHOLIC.

Untuk lebih jelas soal perbincangan saya soal BELIEF dan CATHOLIC ini, bisa di baca di tulisan berikutnya. 


Minggu, 04 Oktober 2015

Main Blocks

Sebagai orang tua, seharusnya kita tahu mainan favorite anak-anak kita itu apa yah. Dari mainan favorite anak ini kita bisa menjadikan bahan bimbingan dan pembelajaran buat mereka. Ini sekedar salah satu catatan harian saya soal mainan favorite si boy dulu, yang saya gunakan untuk membimbing dan mendidik si boy dan cicinya juga. 


Si boy hampir setiap hari main blocksnya dia. Bisa dibilang itu adalah mainan favorite dia. Dari blocksnya itu dia sering berimajinasi membuat apa saja, dari rumah, farm, garage, atau pun apa saja yang menurut imajinasi dia. Tapi yang paling sering menjadi imajinasi dia adalah bangunan yang tinggi seperti sebuat tower.

Dia selalu berusaha untuk bisa membuat yang setinggi mungkin....namun kadang kala sering kali ingin tertawa sendiri tiap kali melihat ekspresi wajah imutnya saat melihat bangunan yang di bangunnya jatuh lagi. "Kenapa boy?? Jatuh lagi ya towernya.... That's ok ayo buat lagi" kata saya sembari memberi motivasi buat dia. "Nih daddy ajarin supaya towernya bisa strong and tidak mudah jatuh....kamu taruh basenya yang banyak dan juga balance" saya memberi saran ke dia. "Sini ci...bantu'in boy bikin towernya" kata saya ke cici. "Kamu tahu gak kenapa harus basenya kuat dan balance??" tanya saya ke mereka. "Supaya tidak jatuh" jawab cici. "Supaya strong towernya" jawab boy. "Hebat nih boy and cici daddy" puji saya buat mereka. "Coba kamu berdua buat tower, siapa yang bisa bikin paling tinggi yang menang" tantang saya buat mereka. Sembari mereka membuat towernya masing-masing saya pun membantu melihat dan memberi saran buat bagaimana bisa towernya tinggi. Ternyata ke dua2nya bisa membuat yang lumayan tinggi sebelum akhirnya jatuh juga.






"Apa yang kamu pelajari dari main blocks tadi??" tanya saya ke mereka. "BIsa fun and play together" inti dari jawaban cici dan boy. "Kalau buat daddy...daddy dan mami seperti cici dan boy yang lagi membangun tower tersebut. Tapi towernya itu adalah kamu berdua" saya mencoba menerangkan buat mereka. "Daddy dan mami berusaha membuat base yang kuat dan balance untuk kamu berdua" lanjut saya lagi. "Tahu nggak basenya seperti apa??" pancing saya lagi. Mereka terdiam karena bingung mau bilang apa. "Daddy dan mami kasih kamu base education dan juga religion" kata saya. "Dengan education kamu bisa belajar dan menjadi tahu serta nantinya bisa meraih apa yang kamu mau sebagai cita-cita kamu. Sedang religion adalah balancingnya supaya kamu tahu mana yang baik atau tidak buat sesama maupun diri sendiri" saya menambahkan. "Selain itu daddy juga ajarin kamu sport dan have fun karena kalau hanya belajar dan agama saja akan boring kan....makanya kita perlu sport dan fun juga" tambahan dari saya buat mereka. "Nah kalau kamu sudah ada semua quality itu...kamu akan bisa mencapai yang tinggi. Tapi jangan lupa....cepat atau lambat kita pasti akan jatuh lagi ke bawah....tahu nggak maksud daddy??" tanya saya ke mereka. "We will die" kata cici. "Betul sekali ci....makanya apa yang kita perbuat di dunia ini harus yang baik karena nantinya Jesus akan melihat apa yang kita did kalau kita sudah die dan ketemu Dia" saya menutup nasehat buat mereka.



Jesus punya Magic

Mengenalkan anak-anak kepada Tuhan bisa melalui berbagai cara, salah satunya dengan membaca kitab suci. Salah satu pengalaman yang lucu, unik dan menarik yang saya selalu ingat saat membaca kitab suci bersama...saat membaca Yesus memberi makan 5000 orang.

Sebelum kita membaca Alkitab, kita membiasakan dengan berdoa terlebih dahulu...sehingga kita bisa menangkap dan mengerti intii dari apa yang kita baca dan bisa mengaplikasikannya dalam perbuatan kita sehari-hari secara nyata.


"Aku mau baca yang ini yah daddy" kata si boy sembari menunjukan cerita tentang 5 roti dan 2 ikan dari Alkitab yang bergambar dan khusus untuk anak-anak ini. Alkitabnya ini memang di buat ringkas tanpa mengurangi isi dan inti dari Alkitab yang tebalnya minta ampun.

Seperti biasa, di setiap akhir cerita kami selalu membahas apa yang kita bisa pelajari dari cerita yang kita baca. Dari membahas tentang dimana kejadiannya berada, siapa saja yang ada di sana, apa yang mereka lakukan, kenapa mereka begitu dan yang pasti apa yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita dari baca itu.

"Kenapa Jesus bisa memberi makan 5000 orang itu dari hanya 5 roti dan 2 ikan??" salah satu pertanya saya ke boy. "Karena Jesus punya magic" jawab si boy secara cepat dan spontan. Tentu saja jawaban dari dia ini membuat kami tertawa terbahak-bahak. Boy yang menjawab menjadi malu sendiri. Karena melihat adanya perubahan wajah dari jagoan kecil saya ini, akhirnya saya bertanya lagi maksud dia ini. "Apa maksud kamu Jesus punya magic??" "Soalnya dari 5 roti dan 2 ikan Jesus bisa membuatnya menjadi banyak" dia memberi alasan. "Apa yang Jesus lakukan sebelum dia memberi mereka makan??" gali saya lebih dalam. "Jesus pray dulu" dia menjawab. "Good. Artinya kamu mengerti apa yang kamu baca tadi" puji saya ke dia. "Jadi maksud kamu tadi...sebenarnya Jesus di kasih kuasa untuk mengenyangkan 5000 orang itu, iya kan boy??' tanya saya ke dia. Dia mengangguk setuju.



Yup...begitulah pola pikir anak-anak kita tentu berbeda dengan pola pikir kita. Cara penyampaian mereka pun tentu berbeda pula dengan kita. Apa yang mereka anggap sebagai jawaban yang polos dan jujur tapi penyampaiannya kurang benar menurut kita...pastinya menjadi lucu dan membuat kita terbahak-bahak. Begitupun bila kita menggunakan bahasa yang terlalu ribet dalam menjelaskan kepada mereka...sudah pasti mereka tidak akan bisa memahaminya.

Semakin sering dan banyaknya kita berkomunikasi dengan anak-anak kita...maka kita otomatis akan semakin mengenal dan mengetahui pola pikir mereka sehingga semakin memudahkan kita dalam membentuk,  mengarahkan dan mendidik mereka pula.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Ngantuk apa Malas??

Hari ini saya dan boy nganterin cici ke tempat bermain ski yang berjarak sekitar 45 menit dari rumah kita.Cici di undang sama temannya yang berulang tahun.

Karena kasihan si boy sendirian gak ada acara ngapa-ngapain, saya ajak dia untuk lunch di tempat favoritenya dia, Carl's Jr. Setelah lunch kita hanya pulang ke rumah karena emmang tidak ada acara apa-apa yang kita rencanakan, selain beberes rumah yang biasanya saya lakukan setiap weekend.

Setelah memberikan waktu untuk boy bisa bermain dengan tabletnya selama 1 jam, saya suruh dia untuk membaca atau menuliskan sesuatu sebagai sarana belajar dia. Namanya anak, tentu saja tidak suka kalau di suruh belajar. Nah di sinilah tantangannya buat saya. "Ok kalau tidak mau baca atau nulis...kamu latihan gitarnya saja deh" saya memberi alternative lainnya. Ternyata dia juga tidak menanggapinya dengan senang hati. "hhhmmm kayaknya dia capek atau kenapa nih ya??" tanya saya dalam hati. Karena biasanya kalau saya ajak main PS3 atau juga nonton film sembari makan popcorn dia tidak pernah menolak, tapi kali ini dia tidak antusias. Apalagi setelah saya kelitikin dan ajak dia becanda dia ehhh dia malah marah-marah.

"Memangnya kamu kenapa boy??" tanya saya pas dia marah-marah abis saya godain. Tentu saja dia diam. "Hhmmm pasti kamu ngantuk atau capek yah??" tanya saya lagi, kali ini dengan ngusapin kepala dan mijitin belakangnya. Dan kali ini dia menangguk. "Yuk daddy temenin tidur aja deh yah" saya menyaranin dia. Tampaknya si boy memang lagi kurang enak badan dan dia capek sehingga behaviournya sepert ini.


"Love you sooo muchhh and sweet dream yah" kata saya sembari memelukin dia dan menemani dia tidur. Ternyata benar juga, kurang lebih 5 menit melukin dia di balik selimut di tengah suhu 13 derajat, dia sudah langsung tertidur.

Jujur tadinya rada kesal juga saat saya suruh dia membaca, menulis atau latihan gitarnya dia tidak mau. Apalagi sebelumnya dia telah main tabletnya selama 1 jam. Tapi setelah saya perhatikan raut wajahnya yang tampak lesu dan capek...ditambah tidak mau di ajak main, mulai lah terpikir kalau mungkin dia capek dan mengantuk. Daripada harus mengoceh dan marah-marah sembari nuduh dia malas tidak mau belajar, makanya lebih baik menyarankan dan mengajak dia untuk tidur saja. Dengan dia tidur sekarang masih ada kesempatan untuk bisa belajar nanti pas dia bangun. Dan yang pasti dia atau pun saya tidak perlu sedih ataupun marah.

Di sinilah seninya dalam membimbing dan mendidik anak. Orang tua harus bisa membaca situasi, tanpa menghakimi dan bisa observasi dari bahasa tubuh buah hatinya dan menggunakannya untuk kebaikan bersama. Betulkan parents??


Penis dan Vagina

Bagaimana yah membicarakan soal alat kelamin kepada anak-anak kita, khususnya kepada yang masih diusia TK atau di awal SD??
Sekedar berbagi cerita saat dulu membicarakan soal penis dan vagina saat boy baru 4 tahun sekaligus mengingatkan cici yang saat itu berumur 9 tahun.

Seperti biasa, sebelum si boy tidur saya selalu memakaikan dia nappy. "Daddy iket nih
hose'nya...biar gak ngompol melulu yah...." saya mencandai si boy. Dia cuma ketakutan dan ketawa-ketawa kecil...imut banget sih kayak daddynya. "Daddy apa sih punya'nya boy itu dibilangnya??" tanya si cici. "Punya apaan nih ci??" tanya saya yang memang belum nyambung. "Itu...hosenya si boy" kata dia lagi. "Ohhh ini dibilangnya penis. Kan kamu sudah pernah diajarin sama guru kamu dan daddy juga kan" saya menjawab dia. "Iya...aku cuma lupa saja" cici memberi alasan. "Kalau punya girl itu vagina kan yah daddy" cici bertanya lagi. "Yup...betul sekali" saya menjawab.

"Dulu waktu polisi datang ke sekolah aku untuk memberi penyuluhan...si polisi bertanya kepada kita
apa kita tahu nama alat kelamin pria dan wanita" cici bercerita tentang pengalamannya. "Banyak yang tidak tahu...dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah lain lho" cici meneruskan ceritanya. "Nama lain?? seperti apa ci??" tanya saya penasaran. "Aku lupa daddy" cici menjawab. "Di Indonesia...punya cowok ada yang bilang dengan burung...kalau cewek punya daddy gak tahu" saya mulai berbagi pengalaman juga dengan mereka. Cici dan boy langsung ketawa setelah mendengar penjelasan saya tentang burung tadi.


"Polisi yang datang ke sekolah aku bertanya karena dia pernah ada pengalamannya yang unik dan funny" cici bercerita. "Funny kayak apa ci??" tanya saya penasaran. "Ada anak kecil (boy) yang di ajari sama orang tuanya menyebut kelaminnya dengan cricket bat and balls. Terus ini anak bilang ke orang tuanya kalau ada tetangganya yang memainkan cricket bat and balls. Terus daddynya bilang yah gak apa...karena itu memang untuk dimainkan" cici bercerita sembari di akhiri dengan ketawa. Otomatis saya dan boy juga jadi ikutan ketawa setelah mendengar cerita dia ini.

Memang kadang orang tua suka tidak mau bercerita dan terus menganggap anak kecil belum boleh tahu banyak soal banyak hal. Padahal kalau kita bisa bercerita dan mengajari mereka dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka, rasanya bagus sekali kalau mereka diajari sejak dari kecil.

"Apa namanya yang aku punya daddy??"tanya si boy. "Penis boy" jawab saya. "What is the other name??" tanya dia lagi. "Maksud kamu hose??' tanya saya ke dia. "Kalau hose itu daddy cuma suka isengin kamu saja karena habis sering bocor sih kalau malam" kata saya sembari ketawa. "Tapi daddy kan pernah kasih tahu kamu kalau punya cowok itu namanya penis dan punya cewek itu namanya vagina" saya meneruskan penjelasan saya ini. "Vagina. Itu yang aku mau tahu tadi daddy" kata si little Marcel ini.

"Daddy suka kamu berdua mau discuss sama daddy or mami tentang banyak hal guys. Don't be shy to ask many questions ke kita. Mami and daddy will answer all your questions and curious sesuai dengan umur kamu biar kamu bisa mengerti" saya memberi pengarahan buat mereka.

Sabtu, 19 September 2015

Mengarahkan untuk Masa Depan

"Jadinya kamu mau ambil tawaran main AFL (Australian Football League, semacam Rugby'nya Australia kalau tidak salah) gak??" saya menggoda cici yang secara tidak terduga di katakan berbakat dan terpilih untuk dilatih AFL yang kemungkinan bisa mewakili negara. Tentu saja dia tahu daddynya menggoda dia karena AFL ini bukan tipe olah raga yang dia mainkan. "Kalau kamu mau coba dan berusaha, tentu akan daddy dan mami bantu dan dukung lho" saya berjanji dan serius kepada dia ini.


Pernah kan merasa bingung saat kita harus memilih, apalagi memilih yang akan menentukan masa depan kita nantinya. Hal inilah yang di alami cici dalam Minggu ini.

Minggu ini si cici di haruskan mengisi formulir  mengenai mata pelajaran apa yang akan dia ambil untuk di tahun besok di kelas 10. Pilihannya ada dari mata pelajaran ekonomi/akuntansi, IT, Graphics, Art, Japanese, Mandarin, Maori, Food Tech, Materials, Music, Literacy, Drama, Dance dan beberapa lagi yang saya sudah lupa. Tentu saja guru-guru pelajaran tersebut memberi arahan mengenai apa yang akan mereka pelajari dan jenjang karir yang mereka bisa lakukan di masa depan mereka.

"Aku sih maunya Japanese, Food Tech sama Art" cici memberi opini dia ini. Tentu saja saya tidak langsung mengiyakan pilihan dia ini karena saya juga ingin tahu apa yang menjadi alasan dia untuk memilih pelajaran-pelajaran tersebut dan seberapa jauh dia mengetahui pelajaran-pelajaran tersebut. Setelah memberikan penjelasan panjang lebar mengenai apa yang saya tanyakan kepada dia ini, barulah saya memberi saran buat dia ini.

Secara keseluruhan tentu saya percaya dengan kemampuan dia yang akan bisa mengikuti apa yang dia pilih. Seperti di bidang musik atau art yang dimana dia mempunyai talenta yang besar ataupun juga di Literacy dimana dia selalu berada di kelas teratas, rasanya tidak akan menjadi kendala buat dia. Dance maupun Drama juga bukan hal baru buat dia, dimana dia selalu mendapat pujian maupun penghargaan untuk hal ini. Tetapi untuk bisa memberi saran yang amat penting ini, tentu saja sebagai orang tua kita harus memberi arahan berdasarkan observasi kami dan yang mungkin yang terbaik yang bisa dia lakukan sebagai karir dia di masa depannya.

"Apa yang kamu pelajari di artnya??" tanya saya. "Kenapa tidak ambil Graphics saja dibanding art??" saya memberi saran akan bidang yang dulu saya pelajari juga sembari memberi penjelasan mengenai kelebihannya di banding art yang menurut cerita dia untuk belajar seni menggambar saja. "Kalau Food Tech'nya hanya untuk bisa masak, mending belajar sama mami yang memang sudah jadi chef" si mami kali ini memberi saran. Setelah bertukar pikirin, akhirnya si cici memutuskan mengambil pelajaran Japanese karena dia merasa perlunya mempelajari dan mengerti lebih dari 1 bahasa (walaupun sekarang dia sudah bisa bahasa Inggris dan Indonesia). Dia juga mengambil mata pelajaran Graphics karena bisa menyalurkan bakat seni dia sekaligus belajar menggunakan komputer dalam mendesign'nya. Dan satunya dia memutuskan mengambil pelajaran Materials, yaitu mempelajari segala macam bahan/material yang bisa di gunakan untuk seni tapi lebih condong ke Apparel.

Banyak orang tua yang berpikiran kalau sudah remaja, anak kita sudah bisa menentukan pilihan dan tahu apa yang ingin di lakukan buat masa depannya. Tetapi kalau di tanya kepada buah hati kita apa benar begitu adanya?? Dari pengalaman pribadi saat remaja maupun dari pengalaman membimbing dan mendidik cici dan boy, rasanya mereka membutuhkan arahan dari orang tua mereka. Di sinilah perlunya peran orang tua, yang seharusnya mengenal talenta dan tahu cita-cita buah hatinya, dalam memberi saran dan menjadi partner penting buat mereka dalam menentukan langkah mereka selanjutnya.

Senin, 14 September 2015

Memberi yang Baik

Dalam perjalanan yang menuju ke Hamilton kemaren, saya bersama cici dan boy ada waktu sekitar 2 jam untuk berbincang-bincang selama perjalanan. Banyak topik yang kita bicarakan, namun ada satu hal yang saya bisa jadikan bahan untuk membimbing dan mengarahkan mereka lebih dalam.

Kita membicarakan mengenai andai si cici atau si boy menjadi selebriti yang terkenal atau orang yang memiliki banyak uang. Kira-kira apa yang ingin atau akan mereka lakukan.

"Aku mau kasih uang kepada orang-orang yang miskin" si boy menjawab cepat. "Kenapa memangnya boy??" tantang saya lagi. "Biar mereka tidak miskin lagi" dia menjawab. "Bukannya dengan begitu kamu malah membuat mereka malah menjadi pemalas??" tanya saya lagi. "Maksud daddy??" dia kebingungan dengan pernyataan saya tadi. "Kalau kamu hanya memberi kepada orang yang miskin tanpa mereka harus bekerja atau berusaha, bukannya mereka malah menjadi malas??" saya mencoba menggali pola pikir jagoan kecil saya yang masih 8 tahun ini.

"Kalau aku mau kasih buat orang yang membutuhkan" kali ini si cici menjawab. "Bagaimana caranya ci??" kali ini saya menantang si cici. "Dengan memberi yang mereka butuhkan" jawab dia. "Apa kamu bisa memberi semua orang-orang yang membutuhkan bantuan kamu itu??" tanya saya lagi. Kali ini si cici yang mulai teenager ini rada kebingungan menjawabnya.

"Daddy really proud of both of you karena kamu mempunyai jiwa sosial dan mau membantu orang-orang yang membutuhkan maupun miskin. Nah yang kamu perlu tahu adalah caranya." saya memuji sekaligus membuka kesempatan untuk bisa membimbing dan mendidik mereka. "Kalau kamu hanya memberi orang-orang miskin saja, itu malah membuat mereka menjadi malas. Tapi juga kamu tidak mungkin bisa memberi bantuan kepada semua orang yang membutuhkan bantuan kamu secara langsung kan...nah perlu di cari caranya" saya memulai ceramah.

"Kamu bisa membuka badan amal untuk menyalurkan bantuan yang ingin kamu berikan. Atau juga membuka rumah sakit atau sekolah maupun kursus-kursus seperti musik yang bisa mengajarkan atau memberikan mereka bekal untuk bisa berusaha untuk diri mereka sendiri" saya memberi saran kepada mereka. "Atau yang mami and daddy lakukan dengan memberi bantuan melalui Gereja berupa uang atau makanan." contoh kecil yang saya berikan kepada mereka.

"Memberi itu baik, tapi kalau tidak tahu cara memberinya malah bisa merusak orang yang kita beri" saya menutup perbincangan topik yang kita bicarakan ini sebelum beralih ngobrol ke hal lainnya.

Target dan Prioritas

Mulai kapan sih sebaiknya kita membimbing dan mengajarkan mengenai Target dan Prioritas kepada anak-anak kita?? Ini sih sekedar salah satu catatan saya saja saat dulu berbincang-bincang dengan cici dan boy di tahun 2011 saat harus tinggal di rumah menunggu kaki lagi mau di operasi.  

"Kenapa mami gak mau belajar piano kayak daddy dan boy??" tanya cici sehabis kita berdoa malam bersama. "Kamu tahu nggak kenapa??" saya balik bertanya kepada dia dan si boy juga. "Soalnya mami tired" jawab si boy. "Betul...mungkin ini salah satu alasannya...ada alasan lainnya??"  tanya saya lagi ke mereka. "Karena mami tidak suka main musik??" jawab cici dengan keraguan. "Mungkin juga karena itu ci" kata saya ke dia. "Kalau daddy bilang karena prioritas mami yang berbeda dari kamu berdua" saya mencoba menerangkan.



"Apa sih itu prioritas daddy??" tanya si boy. "Prioritas itu adalah apa yang kamu mau kerjakan terlebih dahulu" kata saya. "Setiap orang punya prioritas daddy?? gantian cici yang bertanya. "Iya dong...kalau kamu sama boy prioritasnya belajar. Kalau mami prioritasnya help daddy untuk bimbing kamu berdua jadi good boy dan good girl dan mencari uang buat kita bisa bayar rumah dan semua bills" saya menerangkan ke mereka. Belum selesai saya mau menjelaskan tentang prioritas saya, si boy sudah lebih dulu menanyakan hal ini. "Kalau daddy prioritasnya untuk saat ini bisa help mami kerja'in apa saja yang daddy bisa di rumah...seperti ngajarin kamu, ajak main kamu, reading books together sama kamu, dan lain-lainnya" saya menjelaskan sesuai permintaan si boy. "Tapi ini just temporary sampai daddy bisa kerja lagi dan kaki daddy sudah sembuh" saya menambahkan. "Kenapa bisa berubah daddy??" tanya si cici lagi. "Karena depends on the situation and our target juga guys" jawab saya. "Maksud daddy...saat daddy sakit daddy kan gak bisa kerja, jadi mami yang ambil my priority for a while. Contoh lainnya, target buat si boy...kamu musti bisa menulis huruf-huruf  yang tadi daddy sudah ajarin...sendiri. Tidak perlu tanya daddy lagi dan kamu harus confident. Jadi priority kamu ya kamu harus practise untuk ini kan" kata saya. "Kalau kamu target dan priority kamu apa ci??" saya mencoba menantang ide cici. Si cici bingung mau menjawab apa. "Ok daddy help kamu ya....misalnya kamu buat target untuk bisa buat lagu lagi dalam minggu ini. Nah priority kamu yaitu try to get any idea for your song ini" saya menjelaskan ke cici.

"Nah makanya daddy bilang tadi...kalau target dan priority itu selalu berubah-ubah tergantung situasi dan keadaan. Namun yang terpenting kamu harus tahu apa target dan priority kamu, kalau sudah tahu ini kamu harus berusaha untuk bisa get your target. Kalau belum bisa juga...ya keep trying. Belum bisa juga...start to think to use different ways to get the same target" saya memotivasi mereka. "Ayo sekarang tidur...dah malam. Sweet dreams, love and Jesus Bless you guys" kata saya sembari mencium dan memberkati mereka. Never give up guys, daddy and mami will always help you to reach your targets and dreams.

Minggu, 26 Juli 2015

Bertemu Malaikat



Malam itu saya bercerita kepada cici dan boy tentang seorang ibu yang sedang berbicara tentang pengalamannya bertemu malaikat.

"Daddy juga pernah bertemu malaikat-malaikat lho??" saya memulai perbincangan kami, setelah saya menceritakan cerita ini. "Really daddy??" tanya cici dan boy hampir bersamaan karena hebohnya. "Yup and definetely" saya berkata dengan mantap. Dimana daddy bertemunya??" si boy masih heboh dan makin penasaran. "Bagaimana rupa mereka daddy??" si cici gak kalah heboh dan penasarannya.

"Daddy pernah bertemu banyak kali sama mereka guys" kata saya dengan bangga dan tentu saja membuat mereka semakin tertarik dan penasaran menunggu saya memberi informasi lebih tentang malaikat-malaikat ini. "Menurut kamu rupa mereka kayak apa dong??" giliran saya yang balik bertanya buat pertanyaan mereka tadi. Tentu saja mereka berkata kalau mereka adalah orang yang gagah dan ganteng buat yang lelakinya dan yang cantik dan lembut buat yang wanitanya. Begitupun jawaban dari anak dari si bu dalam cerita saya. Yup, tentu saja itulah gambaran umum buat kita mengenai angels ini yah.



"Hhhmmm kamu berdua dan anak si ibu itu salah soal angels ini" kata saya kepada mereka. "Malaikat-malaikat ini sebenarnya tidak semua ganteng atau cantik. Ada yang pendek dan ada yang tinggi. Ada yang sipit dan belo. Ada yang item, putih, China atau Jawa pula. Ada yang kurus dan gendut, botak atau gondrong. Jadi intinya malaikat-malaikat yang pernah daddy temuin itu macam-macam deh, tapi yang pasti hati mereka baik" saya memberi gambaran lebih jauh soal malaikat yang pernah bertemu dengan saya.

"Masa sih daddy??" mereka semakin nambah penasaran. "Daddy yakin kamu juga pernah bertemu malaikat koq guys, tapi mungkin kamu tidak menyadarinya" lanjut saya. "No. Kalau saya pernah bertemu tentu saya kasih tahu daddy" kata si boy.

"Saat daddy tinggal di rumah sakit, banyak malaikat datang ke daddy. Ada yang pakai baju putih dan juga biru" saya memberi clue tambahan buat mereka. "Saat daddy gak bisa jalan dan tinggal di kamar saja, ada 2 malaikat kecil yang cheeky and silly yang membantu daddy dan juga malaikat yang yang pinter masak sekaligus pinter marah" tambah clue  saya buat mereka. "Saat daddy di sekolah, ada malaikat yang ngajarin daddy math, science, english , etc" lanjut saya lagi. Dan tentu saja sekarang mereka sudah menangkap maksud malaikat-malaikat yang pernah saya jumpai ini.

"Yup, setiap orang yang membantu kita adalah malaikat yang di utus Tuhan buat kita kan, jadi kitapun harus bisa menjadi malaikat buat mereka yang membutuhkan kita pula" saya menanamkan pesan buat mereka.

"I love you and Jesus bless you my cheekiest and silliest angels in the whole world" kata saya sembari memberkati cici dan boy. "I love you and God bless you too my fat angel in the whole universe" mereka saling melengkapi untuk membalas ledekan kepada saya.


Sabtu, 25 Juli 2015

Gak Bakal Miskin

"Siapa yang paling kaya dari ketiga sahabat dalam cerita ini??" pertanyaan yang saya ajukan setelah saya bercerita tentang 3 orang sahabat yang mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda.

"Tentu si Jack daddy" si boy menjawab dengan cepat. Yup, dalam cerita saya, si Jack adalah anak orang kaya raya, yang selalu dinatar jemput oleh supir pribadi dalam mobil yang super wah. Dirumahnya tersedia banyak makanan yang boleh dia makan kapan saja. Banyak mainan yang mahal yang boleh dia mainkan selama dia mau. Urusan belanja, tidak usah di bilang lagi....kapan saja dia mau tinggal beli tanpa peduli harganya. Jadi sudah pasti dari sini si boy mengambil kesimpulan kalau si Jack adalah yang paling kaya.



"Dalam definisi apa kaya yang daddy maksud??" tanya si cici lebih diplomatis. "Well done cici dan good observation" saya memuji dia. "Menurut cici kaya macam apa yang daddy tanya di sini??" saya kembali menantang pola pikir dia ini. "Kalau kaya dalam soal materi sudah pasti si Jackyang kaya tapi kalau dalam soal lainnya dia tidak kaya" si cici menjelaskan. "Rich in love" si boy langsung nyeletuk. "Well answer boy" saya memuji dia kali ini. "Si Matt adalah yang paling kaya dalam hal cinta dan kasih sayang" saya melanjutkan. "Kenapa Matt bisa kamu bilang rich in love boy??" saya menantang pola pikir dan pola hati dia ini. "Soalnya biar dia miskin materi tapi orang tuanya selalu hadir di setiap kehidupan dia. Mereka saling bekerja sama, berdoa dan bersyukur bersama dan semuanya di lakukan bersama" si boy memberi penjelasan tentang si Matt dalam cerita saya tadi. Yup, tokoh si Matt yang saya ceritakan di sini adalah teman si Jack yang tinggal jauh dari sekolah sehingga dia harus di antar dan jemput oleh ayah atau ibunya dengan berjalan kaki sejauh 1Km. Belum lagi mereka tinggal di sebuah gubuk dan orang tuanya adalah seorang petani yang miskin.

"Lalu bagaimana dengan si John guys??" saya menantang mereka untuk memberi opini 1 lagi dari ketiga sahabat ini. "Tentu saja si Jack mau mengubah posisi dirinya dengan si John apalagi si Matt" cici membuka suara. "Biarpun maminya adalah single mom tapi dia tetap mendapat perhatian dan bimbingan yang cukup dari maminya" si cici dan boy saling melengkapi memberi opini mengenai si John ini.

"I am really really proud and happy to hear your opinion and the way you think guys" saya memuji mereka berdua. "Karena kamu menggunakan pikiran dan hati kamu untuk melihat dan merasakannya, dan membuatnya menjadi seimbang, itulah sebabnya daddy happy and proud sama opini kamu berdua" saya melanjutkan.

"Orang yang paling miskin adalah orang yang merasa kesepian dan tidak pernah merasakan apa itu cinta" saya mengingatkan mereka pesan dari Mother Theresa yang saya baca dan memberi inspirasi saya dalam membuat cerita yang kami bicarakan bersama kemaren malam sebelum tidur mereka.


"I love you and Jesus bless you" saya mengucapkan ritual yang selalu saya ucapkan kepada mereka berdua sembari memberi tanda salib di kening mereka sebelum mereka tidur, dan mereka pun melakukan hal yang sama kepada saya pula. "You won't be poor guys, because we love you soooo mmuuuccchhh" saya menjanjikan mereka berdua.

Menghadapi Masalah

Si boy baru saja ngambek bilang gak mau ikut les berenang lagi. Alasannya dia bilang tempat lesnya kotor dan bikin telapak kaki dia kapalan. Memang betul sih di telapak kaki dia ada kapalannya dan juga bikin dia rada sakit. Kita sudah coba obatin dengan di pakaiin garam dan di perban setiap malam selama 3 mingguan ini.

"Ok kalau kamu bilang  karena kotor, term berikutnya nanti daddy cari tempat baru yah??" saya bernegosiasi dengan dia, karena buat term yang sekarang saya sudah membayarnya. Dia terus diam saja. Wahh pasti ada yang gak beres nih, pikir saya. "Are you ok boy??" tanya saya lagi. Terus saya lihat butiran-butiran air keluar dari matanya. "Loh koq nangis kamu??" tanya saya. "Sini kita talk yah" saya membujuk dia untuk berbicara hati ke hati. "Memangnya kenapa kamu di tempat les berenang kamu??" saya memancing dia. "Kamu gak suka sama gurunya??" tanya saya. "A bit" dia menjawab. "Kenapa kamu gak suka??" tanya saya lagi. Dia terdiam. "Kalau kamu diam daddy gak tahu dan gak bisa help kamu" saya memberi masukan ke dia untuk lebih terbuka. Dia bilang sebenarnya bukan gurunya yang menjadi masalah utamanya. "Ok sekarang kita bisa eliminasi soal guru" kata saya. "Sekarang kasih tahu daddy apa your main problem" saya menggali masalah si little Marcel ini.


Ternyata si boy merasa dia paling tidak bisa di dalam kelas berenangnya ini, sehingga merasa minder dan malu. "That's called CHALLENGE boy" saya memulai ceramah. "Kamu ada 2 options untuk ini, kamu mau lebih berusaha untuk lebih baik sehingga bisa menang atas challenge kamu....atau kamu mau give up dengan turun kelas sehingga kamu bisa mejadi yang terbaik di kelas ini??" saya bertanya ke dia sembari memberi kesempatan dia untuk berpikir dan merenungkan apa yang terbaik buat dia.   

"Daddy bilang kamu bukan yang terbaik, tapi tentu juga bukan yang terburuk" sebelum dia memberi jawaban, tentu saja saya memberi tambahan motivasi buat dia. "Dan kalau kamu sudah yang terbaik di kelas ini, bisa jadi kamu akan jadi yang terburuk di kelas berikutnya. Itu yang namanya improving dan learning untuk bisa menjadi lebih baik lagi" lanjut saya.

Tentu saja akhirnya dia memilih untuk terus melanjutkan di kelasnya dia ini dan mau berusaha untuk bisa lebih baik. "Well done and good choice boy" saya memuji dia. "Daddy tahu kamu bisa untuk hal satu ini, karena daddy sudah observe soal ini dan juga daddy tahu siapa kamu. Daddy gak bakal paksa kamu kalau daddy tahu kamu tidak bisa" saya memberi alasan kenapa saya mengatakan dia memilih pilihan ini yang terbaik. 

Kadang kita memang suka down dan upset, apalagi anak-anak yang masih tahap belajar dan perlu banyak bimbingan. Mendengarkan keluh kesah mereka membuat kita belajar untuk lebih bisa membimbing dan mendidik mereka untuk bisa menjadi lebih baik. Memotivasi dan memberi support buat mereka adalah suatu seni yang orang tua harus bisa dan mau pelajari pula.

"Jangan takut sama challenge boy. Mami and daddy selalu support dan membantu di setiap tantangan yang kamu hadapi, selama kamu juga mau berjuang juga untuk itu" saya memastikan hal ini kepada dia dan cicinya.

Kamis, 23 Juli 2015

6 Hal yang Cici dan Boy Inginkan dari Kami

Berhubung hari ini adalah hari anak, saya ingin menuliskan sekaligus merefleksikan tentang pentingnya komunikasi dan interaksi antar orang tua dengan anak. Sebenarnya ini bukan tulisan baru karena saya pernah menuliskannya di media lainnya, tapi perbincangan saya dengan cici dan boy kira-kira 1.5 tahun yang lalu memberikan kesan tersendiri buat saya sebagai daddy mereka.

Saya melontarkan satu pertanyaan kepada mereka: "Apa yang ingin mereka dengar dari saya dan maminya untuk bisa membuat atau membimbing mereka menjadi orang yang lebih baik lagi setiap harinya??"  Dari pertanyaan yang simple ini saya mendapatkan jawaban yang luar biasa berdasarkan pengalaman, pola pikir dan pola hati cici dan boy.


1. Mendengarkan kata sayang dan perhatian
Cici dan boy ingin setiap hari kami terus membiasakan kebiasaan yang sudah sejak lama kami lakukan yaitu selalu mengatakan kalau kami mencintai dan memperhatikan mereka sebelum kami berpisah di pagi hari dan sebelum tidur malam mereka. Mereka tahu kami cinta, sayang dan perhatian terhadap mereka dari semua perbuatan kami namun dengan adanya ungkapan...semakin meyakinkan mereka kalau kami selalu memberikan kedua hal ini kepada mereka.

2. Memberkati mereka
Bukan hanya Tuhan, orang suci atau tokoh agama saja kan yang bisa memberkati, kita pun juga bisa memberkati orang lain koq, bahkan saya saja selalu minta di berkati oleh cici, boy dan mami setiap harinya.  Hari saya akan mendapat lebih banyak berkat dengan adanya berkat dari mereka pula. Hal ini pulalah yang membuat saya mereka ingin selalu mendegarkan berkat dari saya dan mami buat mereka.  

3. Membimbing dan mendidik mereka
Semua orang pasti perlu bimbingan, apalagi seorang anak. Tentu saja orang tua merekalah yang harus bisa dan mau mencari jalan untuk bisa melakukannya. Cici dan boy senang kalau saya mengatakan selalu mau membimbing mereka, walau awalnya tentu saja berat buat mereka...karena saya mau mereka mencobanya terlebih dahulu dan tidak takut untuk gagal. Namun tentu saja sebelum di bimbing, mereka perlu di didik terlebih dahulu sebagai modal awal pembelajaran mereka.  

4. Memuji dan Memperbaiki
Siapa sih yang tidak suka di puji?? Jujur saya juga suka di puji koq selama pujiannya itu benar dan bukannya  di buat-buat atau di paksakan. Begitu pula yang cici dan boy rasakan. Dengan adanya pujian dari mami dan daddynya membuat mereka lebih termotivasi lagi untuk berbuat yang lebih baik, mendapatkan hasil yang lebih bermanfaat maupun bisa membahagiakan orang lain pula. Sedangkan di saat mereka berbuat suatu blunder atau kesalahan, sebagai orang tuanya, cici dan boy mau kami untuk bisa memaafkan dan membimbing serta mendidik mereka kembali ke jalan semula.

5. Selalu bekerja sama
Tidak bosan-bosan kami selalu mengocehkan hal ini. Mereka tahu kalau Tuhan, daddy dan mami, sesama dan lingkungan selalu membutuhkan mereka. Karenanya mereka selalu ada value tersendiri dari diri mereka buat kita dan mereka harus bisa memanfaatkan dan memaksimalkan value-value dan talenta-talenta tersebut secara positif.

6. Tolong dan Terima kasih
Mendengar dan membiasakan kedua magic words ini rasanya perlu di tanamkan oleh orang tua kepada buah hati mereka semenjak dini. Dan inilah yang kami biasakan kepada cici dan boy. Maka tidak heran kedua magic words ini rasanya tidak pernah tidak terucapkan oleh kami maupun oleh mereka setiap harinya.

Ternyata semua perbuatan-perbuatan atau contoh-contoh yang kami tunjukan kepada mereka dan ucapan-ucapan yang kami biasa dendangkan buat mereka sehari-hari, itulah yang membentuk karakter dan kepribadian mereka sampai hari ini. Dan mereka masih tetap mengharapkan kami untuk tetap dan terus melakukan hal ini.


Minggu, 12 Juli 2015

Memilih Teman

Sebagai orang tua yang baru mempunyai anak yang baru memasuki jenjang taman kanak-kanak ataupun sekolah dasar, mungkin belum terlalu terpikirkan untuk membimbing dan mendidik buah hatinya dalam memilih teman. Namun kalau dipikirkan lagi, tidak ada salahnya toh memulai kebiasaan yang baik sejak dini??

Yang mungkin mejadi pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana caranya  membimbng dan mendidik buah hati kita dalam hal memilih teman ini. 

Saya teringat saat cici berusia 8 tahun, dia suka bercerita tentang temannya yang bernama Samuel, yang baik ke si cici, kepintarannya, good manners dan juga pujian-pujian dari Samuel ke dia. "Dia itu baik banget lho daddy ke aku" kata cici. "Oh ya. Kan bagus kalau jadi orang baik" saya menanggapinya. "Tapi dia baiknya lebih ke aku" kata cici gak mau kalah. "Kenapa kamu bilang begitu??" tanya saya. "Dia suka kasih something ke aku, kayak eraser, sharpener and flower" kata dia lagi. "Dulu Lachlan juga suka kasih kamu begitu kan" kata saya. "Lagian koq kamu mau dikasih sama dia?? Memangnya kamu nggak ada??" tanya saya lagi. "Soalnya dia bilang...hi hi hi... aku malu ngomongnya daddy" kata dia. "Kenapa malu?? Daddy kan nggak ketawain kamu. Ayo dong ngomong sama daddy" pancing saya. "Soalnya dia bilang dia suka aku, jadi dia suka kasih present ke aku" kata dia sembari malu2. "Ohhhh....kamu suka kasih dia present juga nggak??" tanya saya. "Nggak" jawab dia singkat. "Kasih dong...masa kamu dikasih terus tapi kasih kamu nggak pernah kasih something ke dia" saya memberi dia saran. "Kalau jadi good friend kan nggak cuma mau nerima saja" saya menjelaskan. "Dia suka ke kamu kenapa memangnya??" saya mencoba bertanya lebih lanjut. "Dia bilang aku good girl, nice person, fun and clever" balas dia. "Kan seperti daddy bilang...kalau kamu nice person pasti banyak yang suka kan..." saya menanamkan point buat dia. "Nah itulah yang kamu harus cari dari teman kamu. Kamu cari teman yang nice, rajin, mau help each other dan good manners juga biar kamu nantinya bisa jadi good person" lanjut saya.

Atau juga  saat si boy baru masuk di Kinddy (TK), kita pun rajin berkomunikasi dengan dia. "Lucas dan William itu good yahh boy??" tanya saya ke boy. "Kenapa sih menurut kamu dia itu good??" pertanyaan berikutnya dari saya. "Kamu sendiri kalau main sama mereka good tidak?? Apa mereka suka main sama kamu juga??" kali ini pertanyaan buat dia untuk mengevaluasi dirinya sendiri.

Sebenarnya tidak terlalu sulit koq berdasarkan pengalaman saya dulu. Intinya cuma satu, mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan buah hati kita.


Bisa dibilang saya dan istri memang selalu mau tahu dan ikut campur dalam kehidupan cici dan boy. Rasanya itu sah-sah saja karena memang itulah tanggung jawab dan peran dari orang tua untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik anak-anaknya bukan?? Kami membiasakan dengan berkomunikasi 2 arah antara kami, orang tua mereka, dengan mereka sendiri. Membiasakan dan mengarahkan anak-anak memilih teman yang mempunyai karakter dan behaviour yang baik menurut kami adalah hal yang penting sekali buat kehidupan masa depan mereka.

Waktu yang kami punya bersama mereka mungkin hanya 35 persen saja dalam keseharian mereka , 35 persen mereka di luar rumah dan bersama teman-temannya dan sisanya adalah saat mereka sendiri dan beristirahat. Melihat temannya yang mempunyai good behaviour, rajin belajar, mau berusaha, dan hal-hal positif lainnya pastilah akan berdampak juga pada pembentukan karakter anak-anak kita pula. Begitupula sebaliknya...bila mempunyai teman yang egois, cemburuan, maunya cuma fun all the time dan hal-hal negatif lainnya...cepat atau lambat akan membuat kita sebagai orang tua akan pusing kepala.

Betul...tidak ada orang yang sempurna dan mempunyai semua karakter yang positif. Tapi bukankah kita bisa melihat dan membimbing anak-anak kita untuk menilai diri mereka dan temannya itu mengenai nilai positif dari diri mereka dan membandingkannya dengan hal negatifnya. Mana yang lebih banyak dan itulah yang kita jadikan patokan dalam memilih teman buat mereka.

Salah bergaul...inilah yang sering kita dengar saat orang tua sudah kewalahan melihat tingkah anak-anaknya. Makanya sebelum hal itu terjadi, kami hanya berusaha agar hal itu tidak akan pernah terjadi kepada cici dan boy. Paling tidak dengan usaha yang kami lakukan sekarang semoga dapat mengurangi kesempatan dari salah pergaulan dari cici dan boy di kemudian hari.



Sabtu, 11 Juli 2015

Your Friends and Your Future


"Have fun nggak today??" pertanyaan yang hampir setiap hari, baik saya maupun mami, selalu tanyakan kepada cici maupun boy. "Fun'nya gimana dan sama siapa??" pertanyaan berikutnya yang menyusul.

Yup, setiap hari kita selalu bertanya mengenai apa yang membuat hari mereka senang dan dengan siapa mereka bermain, sekaligus belajar tentunya. Memangnya kenapa sih kita selalu bertanya hal yang sama setiap harinya??

Setiap teman yang bermain dengan si cici maupun si boy kita pasti tahu. Walau belum pernah ketemu secara langsung semuanya tapi kurang lebihnya dari cerita cici dan boy kami mengenal bagaimana karakter teman sepermainan mereka. Dan dari cerita mereka mengani teman sepermainan mereka inilah kami belajar dan semakin mengenal bagaimana mereka saat kita tidak berada di sekitar mereka.

Pernah mendengar quote ini?? Saya baru mendengarnya hari ini dari sebuah video di youtube, yang kemudian saya kasih lihat kepada cici dan boy untuk menontonnya juga dan kemudian kita membahasnya bersama.

Quote simple ini amat sangat mengena sekali buat saya dalam membimbing mereka. Di tambah juga pesan dalam video yang kami saksikan bersama, membuat saya ada jalan dan cara untuk meyakinkan mereka dalam memilih teman yang baik untuk bisa mereka jadikan seorang sahabat.

"Show me your friends and I'll show you your future". "Bagaimana daddy bisa tahu my future dari friends aku" tanya si boy dengan polos sekaligus kritis. "Tentu saja future yang di maksud di sini bukan profesi kamu nantinya boy" saya memulai penjelasan. "I'm not magician or paranormal to know what you are going to be later on" saya menjelaskan sembari tersenyum. "But from your friends that you hang out with, daddy can see if you are going to be a good boy or we need to guide and teach you even more" saya menjelaskan. "How do you know??" tanya dia lagi. "Kalau friends kamu smart, have good manners and characters, and all other good stuff....most likely kamu akan jadi good man nantinya" kata saya. "Tapi kalau teman kamu yang suka pakai drugs, abuse alcohol, liars and other bad stuff...kamupun bisa dapat bad influence dari mereka and you will end up or don't have a good future" saya melanjutkan.

"Nah makanya kamu harus selalu pilih sahabat yang baik. Dimulai dari daddy sama mami yang adalah sahabat pertama dan selamanya buat kamu berdua, sama seperti mami dan daddy juga selalu menganggap kamu sebagai sahabat pula" saya meyakinkan mereka. "So keep communicating, interacting and help each others sama mami dan daddy juga yah guys, understood??" saya menutup perbincangan kami di pagi tadi.