"Aku baca di buku si Andy ada tulisan kalau dia suka sama si Steffi" kata si boy ke saya tentang salah satu teman baiknya si boy di kelas 5 nya saat ini. "Terus dia kejar kejar aku mungkin karena malu" dia meneruskan ceritanya sembari ketawa. "Kenapa Andy suka sama Steffi??" saya bertanya. Dia cuma mengangkat kedua bahunya. "Kalau kamu ada suka sama someone gak?? saya mencari tahu. "No" dia menjawab dengan cepat. "Kalau ada juga tidak apa-apa tapi kamu harus kasih tahu daddy sama mami yah sukanya karena apa" lanjut saya lagi. "Why??" dia kebingungan dengan perkataan saya ini. "Yah kan kita musti open (jujur atau terbuka) jadi daddy sama mami bisa arahin dan ajarin kamu untuk bisa lebih baik" saya memberi penjelasan. "Tapi kalau untuk jadi boyfriend beneran kamu harus tunggu sampai kamu lebh mature/dewasa" lanjut saya.
"Kamu cantik amat sih ci, kayak mami kamu banget" puji saya ke dia saat nemenin dia tidur 2 hari yang lalu. "Girl daddy sudah gede artinya musti siap-siap banyak boy yang gangguin kamu nih sebentar lagi" lanjut saya. "Apa sudah ada cowok yang suka ke kamu??" tanya saya ke dia. " Bagaimana bisa??" dia berbalik tanya ke saya. Yah bisa di maklumi lah kenapa dia berbalik bertanya karena satu sekolahnya permpuan semua. "Yah bisa saja kan teman SD kamu dulu yang suka atau kakaknya teman kamu" saya memberi penjelasan buat pertanyaan saya tadi. Dia malah tertawa karena merasa aneh membayangkan kalau ada kakak temannya yang suka sama dia. "Nah kalau kamu sendiri ada suka sama cowok gak??" tanya saya lagi. Tentu saja dia menjawab tidak karena dengan penjelasan dia bersekolah di girl's school.
"Ci kamu lebih milih suka ke cowok atau ke cewek" saya mulai bertanya lebih jauh. "Maksud daddy aku lesbian atau bukan??" dia bertanya balik sembari ngakak. "Ya begitulah" jawab saya. "Kalau saya suka ke cowok lah. Karena kan Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan supaya bisa mempunyai keturunan" dia memberi alasan. "Tapi kalau di suruh milih mendukung atau menolak LGBT saya tidak bisa memilih" dia melanjutkan. HHmm mungkin dia bisa mikir jalan pikiran daddynya yang akan bertanya soal ini juga, pikir saya dalam hati. "Daddy setuju dengan semua penjelasan kamu karena itulah yang daddy rasakan juga" kata saya. "Siapa daddy yang bisa menghakimi orang lain tanpa mengenal latar belakang orang itu" saya memberi penjelasan mengenai statement saya ini.
I am
When you think that no-one needs you
Sees you or believes you
No ones there to understand
I am
I’ll be there to be that someone
When you think that no one, is there to hold your hand
I am
"Daddy suka deh lagu ini boy" kata saya di mobil saat mendengarkan lagu I am'nya Bon Jovi ini. "Tahu nggak kenapa daddy suka lagu ini??" tanya saya ke dia. Sudah jelas dia mengerti kenapa saya suka lagu ini, karena saya selalu memabhas semua lagu-lagu yang saya suka karena bukan hanya nadanya yang saya suka tapi juga makna dari liriknya. "Daddy suka lagu ini karena daddy promise kalau daddy akan selalu support dan jadi back up kamu sama cici" saya memberi penjelasan.
We’re just who we are, there’s no pretending
It takes a while to learn to live in your own skin
Say a prayer that we might find our happy ending
And if you’re in, you know I’m in
I’m ready and I’m willing
"Daddy kan bertanya supaya daddy bisa lebih tahu siapa kamu" kata saya memberi pertanyaan mengenai soal lesbian ini ke si cici. "Andaikan kamu mengatakan kalau kamu lesbian, like it or not you are my daughter (suka tidak suka kamu tetap cicinya daddy) dan musti terima kamu apa adanya, begitupun kamu harus terima diri kamu sendiri apa adanya" saya menjawab pertanyaan dia andai dia mengatakan kalau dia lesbian. "Nah inilah perlunya komunikasi dan interaksi secara jujur antara kamu dengan mami dan daddy kan" lanjut saya.
Saya bukan daddy yang baik atau bijak, apalagi orang yang sempurna. Saya hanya mendorong cici dan boy untuk bisa menerima diri mereka, mensyukuri apa yang mereka miliki serta mereka apa adanya dan berdoa supaya apa yang kita perbuat selalu berkenan kepadaNya dan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar