Hari Selasa kemaren kita ada pertemuan dengan wali kelasnya cici di sekolah. Setelah pertemuan sore itu kita memutuskan untuk dinner di restoran cepat saji saja.
Buat si boy tidak bosan karena harus menunggu kita saat bertemu dengan wali kelas si cici, si mami menyarankan si boy membawa tablet dia sebagai sarana entertain dia. Saat kita makan di restoran pun dia juga membawa tablet dia ini.
"Mami tablet saya mana yah??" tanya si boy saat pulang dari latihan basketnya jam 7.30 malam di hari yang sama. "Lah memangnya mami yang bawa??" si mami bertanya balik ke si boy. Kalang kabutlah si boy dan langusng mencari di mobil saya, yang tadi kita pakai untuk pergi ke sekolah si cici dan latihan basket si boy.
"Kayaknya kamu tidak bawa tablet kamu deh setelah kita selesai makan tadi" si mami menerka nerka. "Kan aku minta mami bawain" kata si boy lagi. "Lah itu kan tablet kamu, masa mami yang bawain??" jawab si mami. "Lagian kan tadi mami suruh kamu tinggalin saja nampannya jadi kamu bisa bawa tablet kamu" si mami mengingatkan percakapan dengan si boy sebelum kita keluar dari resto ini.
"Hhmm kalau begitu artinya tablet kamu ketinggalan deh" kata si mami ke dia. Dan akhirnya kita pergi lagi ke restoran tadi. Untungnya tablet si boy ini di temukan oleh salah satu pelayan restoran tersebut dan menitipkannya kepada manager yang sedang bertugas.
"Sudah tidak ada boy" kata saya saat kita tiba di rumah. "Koq bisa tidak ada??" kata si boy dengan nada kecewa. "Yah namanya juga restoran yang banyak pengunjungnya, dan kita sudah keluar dari restoran tersebut dari jam 5.30...jadi yah maklumlah kalau sudah tidak ada" saya menjawab pertanyaan dia tadi. Tampak sekali kekecewaan di raut wajahnya. "Nah makanya kamu harus lebih bertanggung jawab dengan semua barang-barang kamu" si mami memberi ceramah.
"Ya sudah sekarang kamu tidak usah main tablet lagi saja deh" kata saya dengan ringan. "Tapi daddy mau beliin lagi kan??" tanya dia dengan penuh harap. "Iya, nanti mami sama daddy beliin lagi tapi kan harus simpan uang dulu baru bisa beli lagi" jawab saya. "Kalau minggu besok kita ada uang lebih dan bisa beli, yah kita beliin minggu besok. Tapi kalau bulan besok atau tahun besok baru ada uangnya...yah kamu juga harus sabar dan menunggu" lanjut saya lagi. Tentu saja jawaban saya ini membuat dia semakin kecewa.
"Kalau kamu mau, kamu bantuin mami sama daddy boy" si mami memberi saran. "Nanti kita kasih kamu $50 sebulan kalau kamu mau beresin tempat tidur kamu, lap piring, lipetin baju kamu, dusting dan semua kerjaan rumah untuk bantuin kita" lanjut mami lagi. "Berapa lama sampai bisa beli lagi mami??" dia tertarik dan langsung mau berhitung. "Yah kalau mau yang kayak kamu punya yah kurang lebih 8 bulan kali, tapi kalau mau yang lebih murah yah bisa 4 bulan koq" jawab si mami. "Ok aku mau" jawab dia dengan semangat. "Kalau untuk benerin tablet aku yang lama berapa lama harus bantuinnya??" tanya dia saat ingat ada tablet dia yang lama yang cuma rusak buat men'charge nya saja. "Gak tahu boy, nanti kita tanya saja yah ke tokonya" jawab saya. "This weekend yah daddy" dia meminta dan saya menyanggupinya.
Dia benar-benar sedih karena kehilangan bahan mainan dia ini dan sekarang dia harus menanggung resikonya dan bekerja untuk bisa mendapatkan yang baru atau memebetulkan yang lama yang sudah rusak, itupun kalau masih bisa di perbaiki. Inilah kesan yang saya dapati dari wajahnya malam itu. Bahkan mau tidurpun dia tampak gelisah.
"Ini boy tablet kamu" kata saya sembari memberikan tabletnya. "What?? Jadi ketemu yah tabletnya" dia benar-benar senang menerima tabletnya ini. "Apa yang kamu bisa pelajari dari sini??" pertanyaan yang slealu saya tanyakan setiap membahas sebuah pengalaman. "Yang terpenting dari sini yaitu kamu harus belajar dan bisa lebih bertanggung jawab terhadap barang dan hidup kamu" saya memulai ceramah. "Tidak gampang untuk bisa membeli sesuatu. Kamu harus bekerja keras untuk itu dan makanya kamu harus menjaganya" kata saya. "Begitupun hidup kamu. Kalau kamu tidak bisa mempertanggung jawabkan hidup kamu maka tidak akan ada orang yang bakal mau mempercayai kamu" lanjut saya.
"Daddy sama mami juga belajar lho dari sini..." saya masih menerangkan. "Belajar supaya tidak marah-marah karena kecerobohan kamu dan belajar mau menerima kalau memang tablet itu harus hilang" lanjut saya lagi. "But luckily itu tablet memang masih milik kamu jadi kamu masih bisa dapat kembali" saya menutup ceramah.
"I love you and Jesus Bless you" kata saya sembari mencium dan memberkati keningnya dan dia pun mengatakan dan melakukan ritual yang sama kepada saya. "Ingat supaya lebih responsible with your stuff and your life (sama barang dan hidup kamu) yah" pesan terakhir saya kepada dia malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar