Minggu, 03 April 2016

Menjadi Detektif buat Anak

Mempercayai anak memang perlu begitupun dalam hal mengawasi semua kegiatan maupun komunikasi yang mereka lakukan. Bagaimana orang tua bisa mengawasi kegiatan anak-anaknya, khususnya yang sudah remaja?? 

Hal yang mudahnya yah orang tua harus tetap menjaga hubungan dengan mereka. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka setiap ada kesempatan. Menanyakan apa yang mereka pelajari dan lakukan saat tidak berada dengan orang tuanya. Dengan siapa mereka berteman. Apa yang membuat mereka senang maupun tidak senang hari ini. Atau juga apa ada hal yang perlu di bantu oleh kita. Inilah pertanyaan pertanyaan yang selalu saya dan mami tanyakan kepada cici dan boy saat bertemu dengan mereka dan membuat mereka bercerita tentang apa yang mereka alami seharian.

Cara yang tidak mudahnya yah dengan menjadi detektif. Maksudnya?? Yah orang tua harus pintar mengamati apa yang mereka lakukan. Tugas membereskan kamar kadang kami suruh cici untuk melakukannya namun sering kali kami pun melakukannya saat dia sudah membantu dalam hal lainnya. Hal ini untuk lebih memudahkan saya dan mami dalam mengecek apa saja yang ada di dalam kamar mereka. Anak tentu pintar, saat ada orang yang memindahkan barang yang ada di kamarnya mereka tentu tahu. Dan untuk mengurangi rasa curiga mereka saat kita melakukan pengawasan ini, yah dengan cara membiasakan membereskan kamar mereka. 

Sering kali pula saya mengecek handphone dan tablet yang mereka punya. Jadi sebagai orang tua tentu harus tahu semua password (kalau ada) untuk semua gadget mereka. Tentu saja orang tua juga harus memberi contoh untuk hal ini. Seperti handphone saya maupun mami yang mereka bisa pakai kapan saja saat mereka inginkan. Sehingga kami menunjukan kalau tidak ada rahasia rahasiaan di antara kami.

Kenapa harus menjadi detektif?? Yah namanya juga pernah remaja, jadi tahu bagaimana tantangannya dulu. dan bagaimana pintarnya saya dulu juga. Yup, mungkin kesannya kami orang tua yang paranoid dan tidak percaya kepada buah hati kami. Tapi buat kami rasanya lebih mudah menjaga daripada mengobati. Daripada terlambat dan mereka sudah terlalu jauh untuk di kembalikan ke jalan yang benar, lebih baik di lakukan pengawasan ekstra sebelumnya. Kalau tidak percaya, silahkan tanya sama yang dulu mudanya bandel atau kakek nenek yang dulunya punya anak remajanya ngerepotin. Jadi dengan memanfaatkan pernah jadi abege duluan inilah, kita belajar dalam membimbing dan mendidik buah hati kita. Namun tentu saja harus up to date dan mau belajar dari mereka dan apa yang mereka hadapi. 

Karena saking sayangnya sama si butipul cemena (cici) dan baba bleketek (boy) makanya mami dan saya harus mau repot dan bisa berperan sebagai orang tua, guru, sahabat, konselor, motivator bahkan detektif pula. Yup, inilah seninya menjadi orang tua yang pintar...benerkan??


Tidak ada komentar:

Posting Komentar