Minggu, 05 Juli 2015

Saat Mereka Bertengkar

Mempunyai cici dan boy adalah anugerah luar biasa dari Tuhan...karena berarti Dia telah mempercayakan mereka kepada kami. Sekarang tinggal kepada kamilah bagaimana untuk mempertanggung jawabkan tugas kami ini kepada Dia.

Saat cici masih sendirian selama 5 tahun...semua kasih sayang dan perhatian saya dan istri tercurahkan sepenuhnya kepada dia. Tapi sejak boy kami hadir ditengah keluarga kami tentunya kasih sayang dan perhatian kami tidak hanya kepada dia melulu. Untungnya dia itu anak yang sangat pengertian. Dia tidak jelous terhadap adiknya ini.

Berjalannya waktu, saat si boy sudah berumur 2.5 tahun, dia sudah kami masukan di kinddy. Banyak sekali yang dia ambil dari pelajaran sosialisasinya dengan teman2nya di kinddy dia, baik yang baik ataupun yang buruk. Komunikasi pun bertambah lancar...baik dalam bahasa Inggris ataupun Indonesia. Kita selalu memaksakan mereka untuk berbahasa Indonesia sewaktu mereka di rumah. Karena sudah lebih besar...tentunya egonya ataupun maunya dia semakin banyak pula. Sehingga mulai banyaklah pertengkaran-pertengkaran dengan cicinya. Sebagai adik...biasanya selalu mau mencontoh dari cicinya...kalau cicinya lagi menggambar...diapun mau ikutan juga atau kalau lagi belajar keyboard...dia pun sellau menjadi pengganggu cicinya. Bukannya kita tidak senang dia mau or mengikuti cicinya itu...tapi sering kali maunya dia yang benar2 sama seperti cicinya itu. Kalau mereka sedang bertengkar...biasanya saya atau istri melihat dulu apa yang mereka pertengkarkan. Karena setiap pertengkaran mereka berasal dari sumber yang berbeda-beda.

Inilah yang kadang saya pikir sebagai beratnya menjadi orang tua, karena kita harus berusaha menjadi grumpy. Tidak semua pertengkaran mereka berakhir dengan tangis...kadang mereka saling berteriak satu sama lainnya saja.
penengah yang adil dan baik buat mereka. Kadang kala si boy bermaksud untuk bercanda dengan cicinya dengan mendorong cicinya sehingga cicinya kesakitan atau jatuh. Tentunya kami harus menasehati boy untuk tidak berbuat begitu lagi. Tetapi kadang pula cicinya yang suka menggelitiki boy sampai dia marah dan

Saat mereka beragumentasi satu sama lain biasanya kami hanya mendengarkan dulu argumentasi mereka berdua. Kita memang mengajarkan mereka untuk berargumen untuk mempertahankan pendapat mereka, tetapi kalau pada akhirnya mereka memang salah mereka harus meminta maaf dan menerima "hukumannya" dari kami. Bukan berarti cici yang lebih besar harus selalu mengalah sama boy yang masih kecil. Kadang cici juga menggunakan akalnya untuk mengakali kami untuk mendapatkan apa yang ia mau. Biasanya kalau memang saya tidak melihat awal pertengkaran mereka dan mereka tetap keukeuh sama pendirian mereka biasanya kami malah menghukum keduanya.

Kami menghukum mereka untuk duduk di bangku bersampingan satu sama lain sampai mereka bosan dan akhirnya mereka mau main bersama kembali. Satu hal yang pasti kami terapkan kepada mereka saat mereka selesai bertengkar....mereka harus saling  berpelukan, mencium dan meminta maaf baik mereka itu yang benar ataupun yang bersalah. Ada satu kalimat yang saya ingat dan suka saat mereka bertengkar. Si boy berkata kepada cicinya," I don't like you Fio". tapi cicinya cuma membalas,"Even you don't like me...I am still your sister Nathan."
Inilah seninya menjadi orang tua kan??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar