Minggu, 12 Juli 2015

Memilih Teman

Sebagai orang tua yang baru mempunyai anak yang baru memasuki jenjang taman kanak-kanak ataupun sekolah dasar, mungkin belum terlalu terpikirkan untuk membimbing dan mendidik buah hatinya dalam memilih teman. Namun kalau dipikirkan lagi, tidak ada salahnya toh memulai kebiasaan yang baik sejak dini??

Yang mungkin mejadi pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana caranya  membimbng dan mendidik buah hati kita dalam hal memilih teman ini. 

Saya teringat saat cici berusia 8 tahun, dia suka bercerita tentang temannya yang bernama Samuel, yang baik ke si cici, kepintarannya, good manners dan juga pujian-pujian dari Samuel ke dia. "Dia itu baik banget lho daddy ke aku" kata cici. "Oh ya. Kan bagus kalau jadi orang baik" saya menanggapinya. "Tapi dia baiknya lebih ke aku" kata cici gak mau kalah. "Kenapa kamu bilang begitu??" tanya saya. "Dia suka kasih something ke aku, kayak eraser, sharpener and flower" kata dia lagi. "Dulu Lachlan juga suka kasih kamu begitu kan" kata saya. "Lagian koq kamu mau dikasih sama dia?? Memangnya kamu nggak ada??" tanya saya lagi. "Soalnya dia bilang...hi hi hi... aku malu ngomongnya daddy" kata dia. "Kenapa malu?? Daddy kan nggak ketawain kamu. Ayo dong ngomong sama daddy" pancing saya. "Soalnya dia bilang dia suka aku, jadi dia suka kasih present ke aku" kata dia sembari malu2. "Ohhhh....kamu suka kasih dia present juga nggak??" tanya saya. "Nggak" jawab dia singkat. "Kasih dong...masa kamu dikasih terus tapi kasih kamu nggak pernah kasih something ke dia" saya memberi dia saran. "Kalau jadi good friend kan nggak cuma mau nerima saja" saya menjelaskan. "Dia suka ke kamu kenapa memangnya??" saya mencoba bertanya lebih lanjut. "Dia bilang aku good girl, nice person, fun and clever" balas dia. "Kan seperti daddy bilang...kalau kamu nice person pasti banyak yang suka kan..." saya menanamkan point buat dia. "Nah itulah yang kamu harus cari dari teman kamu. Kamu cari teman yang nice, rajin, mau help each other dan good manners juga biar kamu nantinya bisa jadi good person" lanjut saya.

Atau juga  saat si boy baru masuk di Kinddy (TK), kita pun rajin berkomunikasi dengan dia. "Lucas dan William itu good yahh boy??" tanya saya ke boy. "Kenapa sih menurut kamu dia itu good??" pertanyaan berikutnya dari saya. "Kamu sendiri kalau main sama mereka good tidak?? Apa mereka suka main sama kamu juga??" kali ini pertanyaan buat dia untuk mengevaluasi dirinya sendiri.

Sebenarnya tidak terlalu sulit koq berdasarkan pengalaman saya dulu. Intinya cuma satu, mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan buah hati kita.


Bisa dibilang saya dan istri memang selalu mau tahu dan ikut campur dalam kehidupan cici dan boy. Rasanya itu sah-sah saja karena memang itulah tanggung jawab dan peran dari orang tua untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik anak-anaknya bukan?? Kami membiasakan dengan berkomunikasi 2 arah antara kami, orang tua mereka, dengan mereka sendiri. Membiasakan dan mengarahkan anak-anak memilih teman yang mempunyai karakter dan behaviour yang baik menurut kami adalah hal yang penting sekali buat kehidupan masa depan mereka.

Waktu yang kami punya bersama mereka mungkin hanya 35 persen saja dalam keseharian mereka , 35 persen mereka di luar rumah dan bersama teman-temannya dan sisanya adalah saat mereka sendiri dan beristirahat. Melihat temannya yang mempunyai good behaviour, rajin belajar, mau berusaha, dan hal-hal positif lainnya pastilah akan berdampak juga pada pembentukan karakter anak-anak kita pula. Begitupula sebaliknya...bila mempunyai teman yang egois, cemburuan, maunya cuma fun all the time dan hal-hal negatif lainnya...cepat atau lambat akan membuat kita sebagai orang tua akan pusing kepala.

Betul...tidak ada orang yang sempurna dan mempunyai semua karakter yang positif. Tapi bukankah kita bisa melihat dan membimbing anak-anak kita untuk menilai diri mereka dan temannya itu mengenai nilai positif dari diri mereka dan membandingkannya dengan hal negatifnya. Mana yang lebih banyak dan itulah yang kita jadikan patokan dalam memilih teman buat mereka.

Salah bergaul...inilah yang sering kita dengar saat orang tua sudah kewalahan melihat tingkah anak-anaknya. Makanya sebelum hal itu terjadi, kami hanya berusaha agar hal itu tidak akan pernah terjadi kepada cici dan boy. Paling tidak dengan usaha yang kami lakukan sekarang semoga dapat mengurangi kesempatan dari salah pergaulan dari cici dan boy di kemudian hari.



2 komentar:

  1. ...setuju, Mas. Sekarang ini anak-anak masih butuh orangtuanya untuk memberi dasar dan nilai kehidupan. Saya juga mengusahakan hal yang sama pada anak-anak saya, terbuka dalam berkomunikasi termasuk seperti pengalaman cici. Menurut saya hal itu lebih baik ketimbang melarang-larang. Blognya bagus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sorry mas, baru sempet bales soalnya gak tau ada komennya hehehe.

      Hapus