Mempunyai cici dan boy adalah anugerah luar biasa dari Tuhan...karena
berarti Dia telah mempercayakan mereka kepada kami. Sekarang tinggal
kepada kamilah bagaimana untuk mempertanggung jawabkan tugas kami ini
kepada Dia.
Saat cici masih sendirian selama 5 tahun...semua kasih
sayang dan perhatian saya dan istri tercurahkan sepenuhnya kepada dia.
Tapi sejak boy kami hadir ditengah keluarga kami tentunya kasih sayang
dan perhatian kami tidak hanya kepada dia melulu. Untungnya dia itu anak
yang sangat pengertian. Dia tidak jelous terhadap adiknya ini.
Berjalannya waktu, saat si boy sudah berumur 2.5 tahun, dia sudah kami
masukan di kinddy. Banyak sekali yang dia ambil
dari pelajaran sosialisasinya dengan teman2nya di kinddy dia, baik yang
baik ataupun yang buruk. Komunikasi pun bertambah lancar...baik dalam
bahasa Inggris ataupun Indonesia. Kita selalu memaksakan mereka untuk
berbahasa Indonesia sewaktu mereka di rumah. Karena sudah lebih
besar...tentunya egonya ataupun maunya dia semakin banyak pula. Sehingga
mulai banyaklah pertengkaran-pertengkaran dengan cicinya. Sebagai adik...biasanya
selalu mau mencontoh dari cicinya...kalau cicinya lagi
menggambar...diapun mau ikutan juga atau kalau lagi belajar
keyboard...dia pun sellau menjadi pengganggu cicinya. Bukannya kita
tidak senang dia mau or mengikuti cicinya itu...tapi sering kali maunya
dia yang benar2 sama seperti cicinya itu. Kalau mereka sedang
bertengkar...biasanya saya atau istri melihat dulu apa yang mereka
pertengkarkan. Karena setiap pertengkaran mereka berasal dari sumber
yang berbeda-beda.
Inilah yang kadang saya pikir sebagai beratnya menjadi
orang tua, karena kita harus berusaha menjadi grumpy. Tidak semua pertengkaran mereka berakhir dengan
tangis...kadang mereka saling berteriak satu sama lainnya saja.
penengah yang adil dan
baik buat mereka. Kadang kala si boy bermaksud untuk bercanda dengan
cicinya dengan mendorong cicinya sehingga cicinya kesakitan atau jatuh.
Tentunya kami harus menasehati boy untuk tidak berbuat begitu lagi.
Tetapi kadang pula cicinya yang suka menggelitiki boy sampai dia marah
dan
Saat
mereka beragumentasi satu sama lain biasanya kami hanya mendengarkan
dulu argumentasi mereka berdua. Kita memang mengajarkan mereka untuk
berargumen untuk mempertahankan pendapat mereka, tetapi kalau pada
akhirnya mereka memang salah mereka harus meminta maaf dan menerima
"hukumannya" dari kami. Bukan berarti cici yang lebih besar harus selalu
mengalah sama boy yang masih kecil. Kadang cici juga menggunakan
akalnya untuk mengakali kami untuk mendapatkan apa yang ia mau. Biasanya
kalau memang saya tidak melihat awal pertengkaran mereka dan mereka
tetap keukeuh sama pendirian mereka biasanya kami malah
menghukum keduanya.
Kami menghukum mereka untuk duduk di bangku
bersampingan satu sama lain sampai mereka bosan dan akhirnya mereka mau
main bersama kembali. Satu hal yang pasti kami terapkan kepada mereka
saat mereka selesai bertengkar....mereka harus saling berpelukan, mencium dan
meminta maaf baik mereka itu yang benar ataupun yang bersalah. Ada satu
kalimat yang saya ingat dan suka saat mereka bertengkar. Si boy berkata
kepada cicinya," I don't like you Fio". tapi cicinya cuma membalas,"Even
you don't like me...I am still your sister Nathan."
Inilah seninya menjadi orang tua kan??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar