Si boy baru saja ngambek bilang gak mau ikut les berenang lagi. Alasannya dia bilang tempat lesnya kotor dan bikin telapak kaki dia kapalan. Memang betul sih di telapak kaki dia ada kapalannya dan juga bikin dia rada sakit. Kita sudah coba obatin dengan di pakaiin garam dan di perban setiap malam selama 3 mingguan ini.
"Ok kalau kamu bilang karena kotor, term berikutnya nanti daddy cari tempat baru yah??" saya bernegosiasi dengan dia, karena buat term yang sekarang saya sudah membayarnya. Dia terus diam saja. Wahh pasti ada yang gak beres nih, pikir saya. "Are you ok boy??" tanya saya lagi. Terus saya lihat butiran-butiran air keluar dari matanya. "Loh koq nangis kamu??" tanya saya. "Sini kita talk yah" saya membujuk dia untuk berbicara hati ke hati. "Memangnya kenapa kamu di tempat les berenang kamu??" saya memancing dia. "Kamu gak suka sama gurunya??" tanya saya. "A bit" dia menjawab. "Kenapa kamu gak suka??" tanya saya lagi. Dia terdiam. "Kalau kamu diam daddy gak tahu dan gak bisa help kamu" saya memberi masukan ke dia untuk lebih terbuka. Dia bilang sebenarnya bukan gurunya yang menjadi masalah utamanya. "Ok sekarang kita bisa eliminasi soal guru" kata saya. "Sekarang kasih tahu daddy apa your main problem" saya menggali masalah si little Marcel ini.
Ternyata si boy merasa dia paling tidak bisa di dalam kelas berenangnya ini, sehingga merasa minder dan malu. "That's called CHALLENGE boy" saya memulai ceramah. "Kamu ada 2 options untuk ini, kamu mau lebih berusaha untuk lebih baik sehingga bisa menang atas challenge kamu....atau kamu mau give up dengan turun kelas sehingga kamu bisa mejadi yang terbaik di kelas ini??" saya bertanya ke dia sembari memberi kesempatan dia untuk berpikir dan merenungkan apa yang terbaik buat dia.
"Daddy bilang kamu bukan yang terbaik, tapi tentu juga bukan yang terburuk" sebelum dia memberi jawaban, tentu saja saya memberi tambahan motivasi buat dia. "Dan kalau kamu sudah yang terbaik di kelas ini, bisa jadi kamu akan jadi yang terburuk di kelas berikutnya. Itu yang namanya improving dan learning untuk bisa menjadi lebih baik lagi" lanjut saya.
Tentu saja akhirnya dia memilih untuk terus melanjutkan di kelasnya dia ini dan mau berusaha untuk bisa lebih baik. "Well done and good choice boy" saya memuji dia. "Daddy tahu kamu bisa untuk hal satu ini, karena daddy sudah observe soal ini dan juga daddy tahu siapa kamu. Daddy gak bakal paksa kamu kalau daddy tahu kamu tidak bisa" saya memberi alasan kenapa saya mengatakan dia memilih pilihan ini yang terbaik.
Kadang kita memang suka down dan upset, apalagi anak-anak yang masih tahap belajar dan perlu banyak bimbingan. Mendengarkan keluh kesah mereka membuat kita belajar untuk lebih bisa membimbing dan mendidik mereka untuk bisa menjadi lebih baik. Memotivasi dan memberi support buat mereka adalah suatu seni yang orang tua harus bisa dan mau pelajari pula.
"Jangan takut sama challenge boy. Mami and daddy selalu support dan membantu di setiap tantangan yang kamu hadapi, selama kamu juga mau berjuang juga untuk itu" saya memastikan hal ini kepada dia dan cicinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar