Sabtu, 10 Oktober 2015

Gagal tapi Sukses

Minggu lalu saya memberikan cerita tentang seorang gadis dari keluarga yang kaya raya, yang menolak cinta dari seorang pria yang berasal dari keluarga yang kurang mampu atau miskin. Karena perbedaan jejang sosial ekonomi dari mereka inilah yang membuat si gadis menolak cinta si pria yang amat sangat jatuh hati kepadanya.

"Apa yang kamu pelajari dari cerita ini guys??" pertanyaan yang selalu saya tanyakan kepada cici dan boy setiap kali saya habis bercerita kepada mereka.

"Don't give up" jawab si boy cepat. "Kenapa don't give up boy??" tanya saya akan jawaban dia tadi. "Biar kita miskin tapi kalau kita mau terus berusaha pasti akan berhasil" jawab dia. Yup, dia berkata demikian karena dalam cerita saya tadi akhirnya si pria ini malah menjadi lebih sukses dalam hal finansial di banding si gadis tadi, yang suaminya malah bekerja di tempat si pria yang di tolaknya dulu.

"Kita tidak boleh sombong" kali ini cici yang bersuara. "Memangnya sombongnya kenapa ci??" tanya saya ke dia. "Biarpun kita kaya kita tidak boleh menganggap remeh orang lain" dia memberi alasan. Dia masih melanjutkan dari perbincangan kita sebelumnya, namun dari sisi yang berbeda.

"Well done guys. Kamu berdua benar soal itu" saya memuji mereka. "Ayo apalagi yang bisa kamu pelajari?" saya masih menantang mereka untuk mengobserve lagi dari cerita tadi. Mereka berdua terdiam untuk berpikir.

"Menurut kamu apa si gadis itu wajar menolak si pria tadi??" saya menantang pola pikir mereka dari sisi yang lain. "Ya" si cici menjawab. "Soalnya kan semua orang mau happy dengan hidup yang berkecukupan" dia memberi opini. "Tapi cara dia menolaknya itu yang tidak baik karena merendahkan si prianya" dia masih melanjutkan. "Good answer cici" puji saya ke dia. "Semua orang tentu mau hidup senang kan yah, salah satunya yah dengan ada uang untuk menyenangkannya. Apalagi dia dari keluarga kaya, tentu saja sudah terbiasa hidup berkecukupan" kata saya. "Tapi bukan berarti kalau sekarang miskin tidak akan bisa lebih baik finansialnya kemudian hari, iya nggak??" lanjut saya lagi.

"Nah makanya kita harus terus berusaha biar bisa berhasil, baik berhasil dalam karir, dalam membina hubungan, dan mencapai kebahagiaan serta kesejahteraan untuk kita" saya mulai memberi input buat mereka. Saya me'refer kepada si pria dalam cerita ini, yang sukses dalam hal karir tapi putus asa sehingga gagal dalam membina hubungan asmara dengan gadis lainnya hanya karena pernah di tolak mentah-mentah cinta pertamanya.

"Untung dulu daddy nggak give up and takut sama galaknya mami kamu, kalau nggak maka tidak akan ada yang
namanya cici dan boy kan" saya membandingkan ke diri saya sendiri. "Selain itu karena daddy juga tahu, mami kamu itu the best for me" kata saya sekalian sekali-kali muji si mami.

"Daddy tahu mami kamu yang terbaik karena dia punya BELIEF dan juga dia CATHOLIC" kata saya mengingatkan kepada mereka tentang perbincangan kita kalau mencari pacar harus yang punya BELIEF dan kalau cari suami/istri harus yang CATHOLIC.

Untuk lebih jelas soal perbincangan saya soal BELIEF dan CATHOLIC ini, bisa di baca di tulisan berikutnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar