Minggu, 12 Juni 2016

Menjadi Guru





Baru saja saya sampai di rumah setelah mengantar si boy dari les berenang dia. "Boy kamu hebat lho tadi" puji saya ke dia karena dia sudah menemukan ritme untuk gaya kupu-kupu yang selama ini menjadi hambatan buat dia. "Soalnya gurunya tadi mengajarinya ok" dia menjawab. "I know i know because gurunya memang yang daddy suka karena bagus mengajarnya" dia masih melanjutkan sebelum saya memberi komen.


Yup...guru renangnya dia yang biasanya mengajar dia hari ini sedang sakit, jadi ada guru penggantinya. Guru penggantinya ini sebelumnya pernah mengajari si boy selama sebulan penuh di kelas si boy sebelumnya karena menggantikan guru dia saat itu yang sedang berlibur. Dari pengalaman dulu inilah saya bisa tahu cara dan metode mengajar Pia (guru si boy hari ini) yang memang sesuai dengan apa yang saya mau.

"Belajar apa hari ini??" merupakan pertanyaan yang tidak pernah terlewatkan setiap harinya yang saya dan mami ajukan kepada cici dan boy setiap pulang sekolah. Tujuannya yah tentu ingin tahu perkembangan dari mereka sekaligus mengetahui bagaimana cara guru mereka mengajar.

Tentu saja setiap guru mempunyai metode dan cara didik yang berbeda satu sama lainnya. Waktu dulu masih jadi murid, sempat mengalami yang namanya di hajar pakai penggaris saat pelajaran elektro kalau tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru itu. Atau juga saat waktu kelas 5, sering di cubit sama pak guru karena rajin kelupaan buat PR matematika. HHhmmm pengalaman yang tak terlupakan dan ada bahan jadi pembelajaran buat cici dan boy. Tapi tentu saja mereka tidak setuju dengan cara tersebut...dan saya pun mengamini hal ini.

Ada juga guru yang sistemnya CBSA (Catet Buku Sampai Abis) atau mengajarnya yang bikin murid pada mengantuk. Semua itu pasti ada keunikan dan tantangnya sendiri-sendiri. Tetapi berdasarkan pengalaman dalam mendidik cici dan boy, saat beperan sebagai guru buat mereka, saya harus bisa mencari jalan yang membuat mereka tertarik, tertantang dan termotivasi untuk belajar dan melakukan yang terbaik.

"Ingat gak guru kamu bilang banyak belajar gunakan tangan kirinya" saya mengingatkan si boy sehabis pulang latihan basket. "Slow down dan jangan panik mainnya" hasil observasi dan opini yang saya berikan buat cici saat setelah bertanding netball dia. "Ayo praktek gitarnya kek, keyboardnya kek, menulis atau mathnya...jangan cuma main game terus" kalimat yang sering saya ocehkan kepada cici dan boy. Yup...saya dan mamilah guru cici dan boy saat mereka di rumah. Kita mencari tahu apa yang mereka pelajari, bagaimana cara guru mereka mengajar, bagaimana kita mengimprovisasi dengan metode dan cara kita sendiri sehingga mereka bisa mendapat hasil yang lebih baik. 

Bagaimana kita bisa menilai guru yang mengajar buah hati kita?? Tentu saja dari cerita-cerita yang cici dan boy bicarakan kepada kamilah kami bisa mengenal atau mengetahui pola didik mereka. Dan tentu saja melalui hasil dari apa yang sudah di tunjukan oleh cici dan boy kepada kami. Tapi yang paling mudah yaitu saat mengawasi atau observasi langsung saat mereka berlatih. 

Mau sebagaimana bagusnya guru anak-anak kita mengajar dan membimbing, semuanya akan sia-sia bila kita, orang tuanya sendiri tidak mau andil dan peduli untuk hal ini.

Orang tua seharusnya guru pertama buat anak-anaknya sedangkan guru adalah partner dalam hal ini, bukan sebaliknya. Mencari paertner yang baik dalam membimbing dan mendidik buah hati kita tentu bukan perkara yang mudah...apalagi menjadi orang tua yang bisa memberi contoh riil bagaimana bisa menjadi baik, pintar, bijak dan sukses, iya nggak??

Salah satu cara untuk bisa menjadi guru, orang tua atau orangtua sekaligus guru yang baik yaitu KEEP LEARNING (TERUS BELAJAR).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar